Dampak Perang Dagang, Tiongkok Setop Pembelian Produk Pertanian AS

ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque/File Foto
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping setelah KTT pemimpin negara G20 di Buenos Aires, Argentina, Sabtu (1/12). Meski bersepakat negosiasi dagang, kedua negara masih melanjutkan perang dagang. Terbaru, Tiongkok hentikan pembelian impor produk pertanian AS.
6/8/2019, 13.21 WIB

Perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok masih berlanjut. Tiongkok pada hari ini mengumumkan berhenti membeli produk pertanian dari negeri Paman Sam itu. Selain itu, Beijing juga tidak akan menghapus tarif impor pada produk pertanian AS yang dibeli setelah 3 Agustus 2019.

Langkah ini dilakukan Xi Jinping sebagai pembalasan terhadap kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menerapkan tarif pada impor barang asal Tiongkok senilai US$ 300 miliar. Hal ini dianggap Tiongkok sebagai pelanggaran serius atas negosiasi  dagang Trump dengan Presiden Xi Jinping beberapa waktu lalu.

"Perusahaan Tiongkok terkait telah menghentikan pembelian produk pertanian AS," demikian dilansir kantor berita resmi Tiongkok, Xinhua, Selasa (6/8).

(Baca: Trump Tuding Tiongkok Manipulasi Mata Uang)

Padahal dalam pertemuan G20 di Osaka, Jepang pada Juni lalu, kedua negara telah menyepakati negosiasi perdagangan dan ekonomi. AS pun menyatakan tidak akan menerapkan tarif kepada produk Tiongkok. Selain itu Tiongkok akan membeli produk pertanian AS.

Namun pada minggu lalu, Trump mengumumkan pengenaan tarif pada impor Tiongkok senilai US$ 300 miliar. Oleh karena itu, Negeri panda tersebut melakukan upaya retaliasi. Beijing pun berharap AS konsisten dengan kesepakatan hasil pertemuan kedua kepala negara tersebut.

Langkah itu berdampak kepada petani AS. Dikutip dari South China Morning Post, Presiden Federasi Biro Pertanian AS Zippy Duvall mengatakan keputusan Tiongkok merupakan pukulan berat bagi ribuan petani dan peternak AS yang berjuang untuk tetap hidup.

(Baca: Buntut Perang Dagang Amerika, Huawei Segera Luncurkan OS Hongmeng)

Dalam 18 bulan terakhir, lanjut Duvall, petani dan peternak telah menghadapi masalah jatuhnya harga komoditas pertanian. Tidak hanya itu, mereka juga menghadapi musim yang buruk dan pengenaan tarif yang tinggi.

Ekspor pertanian ke Tiongkok menurun US$ 1,3 miliar selama semester I 2019. Selain itu, para petani AS juga mengalami kehilangan pasar hingga US$ 9,1 miliar selama 2018.

Berdasarkan data Departemen Pertanian AS, hingga 25 Juli AS mengeskpor 10,1 juta ton kedelai ke Tiongkok, atau turun 27,5 juta ton dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama.

Sementara berdasarkan data US Census Bureau, nilai impor kedelai Tiongkok dari AS menurun. Pada triwulan III 2018, Tiongkok mengimpor kedelai AS dengan nilai US$ 3,13 miliar atau turun dari sebelumnya US$ 12,23 miliar pada 2017.

Michelle Erickson-Jones, petani asal Montana beranggapan perang dagang tersebut akan menyulitkan petani. Sebab, petani bergantung pada permintaan Tiongkok. "Hal ini memiliki dampak signifikan bagi kedelai dan industri babi atau apapun yang kami kirim ke Tiongkok," ujarnya.

(Baca: Perang Mata Uang Memukul Bursa Saham AS, Emas dan Yen Jadi Buruan)