Terkena Wabah Penyakit, Proyeksi Ekspor Karet 2019 Turun 15%

ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Ilustrasi. Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) memproyeksikan ekspor karet pada 2019 turun sebesar 15% atau sekitar 448 ribu ton dari capaian 2018
Penulis: Michael Reily
25/7/2019, 06.05 WIB

Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) memproyeksikan ekspor karet pada 2019 turun sebesar 15% atau sekitar 448 ribu ton dari capaian 2018 yang sebesar 2,99 juta ton senilai US$ 5,1 miliar.

Ketua Umum Gapkindo Moenardji Soedargo mengungkapkan proyeksi tersebut berdasarkan penurunan volume ekspor karet pada semester I-2019 yang mencapai 200 ribu ton atau sekitar 15%. "Produksi turun sebesar 15%, berarti sampai akhir tahun bisa turun segitu juga," kata Moenardji di Jakarta, Rabu (24/7).

Dia mengungkapkan penurunan ekspor sampai 200 ribu ton pada semester pertama itu adalah penurunan terbesar sepanjang sejarah. Pengusaha pun melaporkan kepada pemerintah tentang penyakit gugur daun karet akibat jamur pestaliopsis yang menyebabkan produksi mengalami penurunan.

Deputi Bidang Pertanian dan Pangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud mengungkapkan penyakit tersebut telah menyerang provinsi sentra karet di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur seluas 381,9 ribu hektare.

(Baca: Pengusaha Siap Batasi Ekspor Karet dengan Fleksibilitas 10% dari Kuota)

Dia menambahkan, laporan 16 Juli 2019 menghasilkan catatan serangan ringan seluas 149,6 ribu hektare dan serangan berat seluas 232,4 ribu hektare. Proyeksinya, serangan penyakit jamur pestaliopsis bakal terus bertambah.

Akibat dari serangan penyakit ini, tanaman karet mengalami gugur daun berulang dalam periode yang panjang bahkan di luar periode gugur daun alami yang secara langsung menurunkan produksi. Penurunan produksi pun diprediksi bakal mencapai 15% dibandingkan produksi tahun lalu.

Indonesia memiliki perkebunan karet seluas 3,66 juta hektare pada tahun 2017. Luasan ini memberikan kontribusi produksi sebesar 3,68 juta ton dengan produktivitas 1,19 ton per hektare. Dominasi kepemilikan kebun karet sebesar 85% adalah perkebunan milik rakyat.

Musdhalifah menuturkan pemerintah bakal menjaga produktivitas dan harga karet alam. "Termasuk dengan menangani penyakit gugur daun karet ini, peremajaan karet rakyat, maupun upaya-upaya lainnya," ujarnya.

(Baca: Pemerintah Bidik Peremajaan Kebun Karet hingga 700 Ribu Hektare)

Adapun upaya pemerintah dalam membantu petani untuk mengendalikan penyakit mencakup dua hal. Pertama, pengendalian dengan menggunakan fungisida berbahan aktif heksakonazol atau propikonazol. Kedua, bantuan pupuk untuk meningkatkan ketahanan tanaman karet terhadap serangan penyakit tersebut.

Berdasarkan laporan Lembaga Getah Malaysia (Malaysia Rubber Board), serangan penyakit gugur daun karet karena jamur pestalotiopsis juga terjadi di Malaysia, terutama di daerah semenanjung Malaka. Penyebabnya, ketidakmampuan petani untuk perawatan sesuai standar apalagi harga karet sempat merosot.

Adapun mengenai harga karet, Musdhalifah menjelaskan bahwa harga karet telah mengalami peningkatan sejak bulan Januari 2019. Saat ini, harga karet TSR 20 di tingkat internasional berada di atas US$ 1,4 per kilogram.

Reporter: Michael Reily