Sekertaris Jendral Kementerian Perindustrian Haris Munandar mengatakan, aksi massa 21-22 Mei 2019 tak memengaruhi aktivitas industri nasional. Dia pun memperkirakan, pertumbuhan industri dan investasi akan kembali menggeliat pada kuartal II 2019, seiring berkurangnya sikap investor yang wait and see investor.
Haris mengatakan, pertumbuhan industri manufaktur salah satunya akan terkerek oleh kenaikan investasi dalam negeri yang diperkirakan akan kembali meningkat pada kuartal dua 2019. Keyakinan ini mengacu pada tren yang sudah terjadi sejak pemilu 1992.
“Kami percaya, gejolak politik segera mereda dan aktivitas industri akan kembali berjalan normal,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (27/5).
(Baca: Pilpres Usai, Semen Indonesia Harap Kinerja Penjualan Membaik)
Menurut Haris, iklim usaha seusai pemilihan presiden dan anggota legislatif akan relatif membaik setelah sebelumnya para investor memilih menunda investasi.
Sementara itu, menjelang Lebaran, sebagian masyarakat banyak membelanjakan uangnya untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan dan minuman serta pakaian. Pemenuhan kebutuhan tersebut biasanya akan mendorong industri untuk meningkatkan produksi.
“Pasca-pemilu, kami melihat iklim usaha semakin kondusif. Selain itu, konsumsi juga akan meningkat dengan adanya tunjangan hari raya (THR) serta gaji ke-13 bagi pegawai negeri sipil (PNS),” katanya.
Pemerintah, menurut dia, terus berupaya menciptakan kondisi ekonomi, politik, dan keamanan yang kondusif bagi para investor sehingga kinerja investasi di Indonesia yang sudah baik akan semakin meningkat. Sementara investasi yang sudah lebih dulu ada, dapat lebih berdaya saing.
(Baca: Jokowi Menang Pilpres, Pelaku Usaha Berharap Ekonomi Kondusif)
Industri manufaktur merupakan salah satu sektor penyumbang investasi di Indonesia. Pada triwulan pertama 2019, industri pengolahan nonmigas berkontribusi sebesar 18,5% atau Rp16,1 triliun terhadap realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Adapun tiga sektor yang menunjang paling besar pada total PMDN tersebut di tiga bulan pertama tahun ini adalah industri makanan dengan investasi mencapai Rp7,1 triliun, disusul industri logam dasar Rp2,6 triliun dan industri pengolahan tembakau Rp1,2 triliun.
Selanjutnya, industri manufaktur juga menyetor hingga 26% atau US$ 1,9 miliar terhadap realisasi penanaman modal asing (PMA). Tiga sektor yang menopangnya, yaitu industri logam dasar sebesar US$ 593 juta, diikuti industri makanan US$ 376 juta serta industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia US$ 217 juta.
Kementerian Perindustrian optimistis sektor industri manufaktur dapat tumbuh lebih agresif pada kuartal II-2019 dibanding periode sebelumnya. “Kami yakin lebih tinggi dari pertumbuhan industri di kuartal pertama yang mencapai 4,8%. Kami berharap bisa mendekati 5 %,” katanya.
(Baca: Kemenperin Dorong Investasi di Luar Negeri untuk Perkuat Ekspor)
Kementerian menargetkan, sepanjang 2019 pertumbuhan industri manufaktur dapat mencapai 5,4%. Subsektor yang diperkirakan tumbuh tinggi, antara lain industri makanan dan minuman, industri permesinan, industri tekstil dan pakaian jadi, industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki, serta industri barang logam, komputer dan barang elektronika.