Tiga Perusahaan akan Olah Limbah Sawit Jadi Omega-3

ANTARA FOTO/Rahmad
Pekerja merontokkan buah kelapa sawit dari tandannya di Desa Sido Mulyo, Aceh Utara, Aceh, Kamis (26/10). Para pekerja manyoritas kaum perempuan mengaku, dalam sehari mereka mampu memisahkan dan merontokkan biji kelapa sawit sebanyak 250 kilogram dengan upah Rp200 per kilogram atau menerima upah Rp.50 ribu perhari.
Penulis: Rizky Alika
25/5/2019, 09.38 WIB

Indonesia sedang melakukan penjajakan teknologi pengolahan limbah pabrik minyak kelapa sawit atau POME (Palm Oil Mill Effluent) menjadi omega-3. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT Bakrie Sumatera Plantations tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk, dan PT Cargill Indonesia. 

 "Tahun ini mereka akan mulai. Sementara baru tiga, Indonesia kan biasa lihat teman dulu," kata Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga usai acara Biobased Economy Investment Forum di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (24/5). 

Teknologi yang akan digunakan merupakan Teknologi Novel Algae yang dirancang oleh Universitas Tsukuba, Jepang. Nilai investasinya mencapai US$ 6,5-7 juta atau sekitar Rp 100 miliar untuk satu perusahaan.

Secara rinci, teknologi tersebut akan mengolah bi-liquid palm oil (BLPO) untuk mendukung kembang biak ganggang. BLPO mengandung karoten, antioksidan, dan zat organik yang baik untuk mengembangkan ganggang. 

Setelah berkembang, ganggang tersebut akan dikonsentrasaikan hingga menghasilkan DHA crude algae dan pakan ikan. DHA crude oil yang mengandung omega-3 dapat diolah menjadi produk suplemen dan campuran beras. “Ini penghasil omega alami, bukan sintetis,” ujarnya.

(Baca: Suap Limbah Sawit, Tiga Bos Anak Usaha Sinar Mas Jadi Tersangka)

Sahat mengatakan potensi pasar omega-3 di dunia cukup besar dan Indonesia berpeluang sebagai pengekspor. Bahkan, dia memperkirakan Indonesia bisa menjadi produsen omega-3 terbesar di dunia.

Menurutnya, pengolahan limbah tersebut akan berjalan komersial di tiga perusahaan tersebut mulai tahun ini secara business-to-business (B2B). Sementara pengoperasian secara masif akan berlangsung pada 2020.

Dengan adanya pengolahan limbah sawit, para peneliti menyebutkan polusi gas metana yang memiliki bobot 27 kali setara dengan karbondioksida (CO2) dapat berkurang. Adapun, limbah POME diperkirakan dapat mencapai 130 juta ton pada 2030. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan minatnya terhadap teknologi pengolahan limbah sawit tersebut. “Kalau dari segi konsepnya memang menarik. Bayangkan limbah diolah menjadi uang,” ujarnya.

(Baca: Banyak Tantangan, Ekspor Minyak Sawit Kuartal I Justru Naik 16%)

Sebagai negara penghasil minyak kelapa sawit, teknologi Novel Algae menguntungkan dari sisi investasi, ekspor, penyelesaian masalah limbah, dan peningkatan skala perekonomian di daerah pengembangan Palm 5.0.

Menurutnya, pabrik CPO Indonesia memproduksi sekitar 455 ribu ton POME per hari. Ini adalah limbah besar yang dibebani ke lingkungan. Terlebih lagi masih ada polusi CO2 dan efek berbahaya lainnya. 

Sebagai informasi, pengolahan limbah kelapa sawit di Universitas Tsukuba telah dikembangkan menjadi pusat penelitian teknologi Alga di dunia. Salah satu teknologi komersialnya dapat mengatasi masalah POME dengan mengurangi tingkat permintaan oksigen biokimia, sekaligus mengubahnya menjadi produk bernilai tinggi seperti omega-3 dan tepung ikan.