Apindo: Pemerintah Harus Waspadai Peningkatan Impor Jelang Ramadan

Antara Foto/FB Anggoro
Seorang pekerja sedang mengangkut karung berisi tepung terigu di sebuah gudang di Pekanbaru, Riau. Indonesia saat ini masih memiliki ketergatungan tinggi terhadap bahan baku tepung terigu, yakni gandum impor.
Penulis: Michael Reily
15/4/2019, 19.21 WIB

Meski data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan neraca dagang bulan Maret 2019 surplus US$ 540 juta, pelaku usaha memperingatkan pemerintah untuk mengantisipasi peningkatan impor bahan baku untuk kuartal II 2019. Pasalnya, secara total ekspor dan impor Indonesia pada kuartal I 2019 tecatat defisit.

Meski demikian Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Internasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menyatakan, upaya pemerintah tetap membutuhkan waktu, sebab impor bahan bahan baku tetap harus dilakukan karena porsinya 70% produksi. Hanya saja, impor harus diimbangi dengan peningkatan ekspor jelang Ramadan.

"Pemerintah memang butuh waktu untuk pengendalian perdagangan untuk menunjukkan hasil rapor yang positif dan saya lihat saat ini upaya.upaya pemerintah sudah berada dalam jalur yang tepat," kata Shinta di Jakarta, Senin (15/4).

(Baca: Neraca Dagang Surplus Dua Bulan Berturut, IHSG Berakhir di Jalur Hijau)

Menurutnya, masih banyak perbaikan yang harus dilakukan pemerintah, namun langkah-langkah awal sudah banyak langkah yang sudah dilakukan. Salah satu yang ia sorot adalah pembangunan infrastruktur yang bisa menjadi modal penting.

Sebelumnya, BPS mencatat neraca perdagangan Maret 2019 surplus US$ 540,2 juta, naik dibanding Februari yang juga surplus US$ 330 juta. Namun, angka tersebut lebih rendah dibandingkan surplus neraca perdagangan Maret 2018 yang tercatat sebesar US$ 1,12 miliar.

Rendahnya surplus neraca perdagangan tersebut membuat neraca perdagangan sepanjang kuartal I 2019 masih mengalami defisit sebesar US$ 190 juta, lebih rendah dibanding kuartal I 2018 yang tercatat mampu surplus sebesar USS$ 314,4 juta.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, perlambatan ekonomi global turut memengaruhi negara tujuan ekspor utama sehingga memengaruhi kinerja neraca perdagangan. Selain itu, harga komoditas global yang berfluktuasi juga mempengaruhi kinerja neraca perdagangan Indonesia.

Tercapainya surplus neraca perdagangan pada Maret 2019 dikatakan Suhariyanto disebabkan oleh surplus neraca nonmigas sebesar US$ 988 juta, lebih tinggi daripada defisit neraca migas sebesar US$ 480 juta. Selain itu, pada Maret 2019 kinerja ekspor tercatat mencapai US$ 14,03 miliar, naik 11,71% dibanding bulan sebelumnya, namun turun 10,01% jika dibandingkan dengan capaian Maret 2018.

(Baca: Dua Bulan Berurutan Surplus, Neraca Dagang Maret US$ 540,2 Juta)

Reporter: Michael Reily