Pemerintah akan memaksimalkan produk olahan kayu sengon dan jabon sebagai komoditas ekspor utama kayu ringan. Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan akan menggenjot ekspor komoditas tersebut, salah satunya ke negara tetangga, Vietnam.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Arlinda mengatakan produk olahan kayu ringan ini cukup potensial untuk diekspor. “Kami berkomitmen memfasilitasi para pelaku usaha kayu ringan agar dapat memperluas pasar ekspornya, khususnya ke Vietnam,” kata Arlinda seperti dalam keterangan tertulisnya, di Ho Chi Minh City, Vietnam, Rabu (13/2).
Menurutnya, kebutuhan Vietnam akan kayu ringan sebagai bahan baku industri furnitur terus meningkat. Namun, pasarnya di negara tersebut belum relatif besar. Makanya, pemerintah terus mengupayakan potensi pasar di Vietnam dan beberapa negara lain diperluas.
(Baca: Menko Darmin Beberkan Strategi Pemerintah Gairahkan Ekspor)
Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Ho Chi Minh City Hanif Salim mengatakan pelaku usaha industri olahan kayu ringan, Indonesia Light Wood Association (ILWA) optimistis dapat merebut pangsa ekspor dari China ke Vietnam. Hal itu sekaligus mengembalikan kejayaan industri kayu Indonesia yang menurun beberapa tahun belakang ini. “Kami akan terus mengawal peningkatan ekspor produk kayu ringan Indonesia ke Vietnam,” kata Hanif.
Sementara, Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Kemendag Marolop Nainggolan menambahkan selama ini nilai tambah produk kayu ringan asal Indonesia masih didominasi Tiongkok. Hanya sedikit kayu-kayu tersebut yang diolah di Indonesia.
Produk olahan kayu ringan setengah jadi dari Indonesia di ekspor ke Tiongkok. Setelah diolah bentuk jadi, Tiongkok mengekspor kembali produk kayu ringan ini ke negara lain, seperti Amerika Serikat (AS) dan negara-negara di kawasan Eropa, termasuk ke Vietnam.
(Baca: Asosiasi Pengusaha Kayu Targetkan Pengembangan Ekspor ke Pasar Baru)
Indonesia merupakan produsen kayu ringan terbesar di dunia terutama untuk jenis sengon dan jabon. Berdasarkan data UN Comtrade, nilai ekspor kayu ringan Indonesia ke Tiongkok mencapai US$ 244,46 juta pada tahun lalu. Sementara nilai ekspor produk kayu ringan jadi dari Tiongkok ke Vietnam sebesar US$ 181,31 juta. Pada tahun tersebut, nilai ekspor kayu ringan Indonesia ke Vietnam hanya US$ 10,48 juta. Melihat data ini, Indonesia masih memiliki potensi yang cukup besar untuk meningkatkan ekspor produk kayu ringan ke Vietnam.
Kunjungan Kemendag ke Vietnam untuk menghadiri pameran Vietnam International Furniture & Home Accesories (VIFA). Dalam pameran ini Indonesia diwakili oleh lima perusahaan furnitur.Perwakilan pemerintah datang Indonesia Light Wood Association (ILWA) dan Swiss Import Promotion Programme (SIPPO) Indonesia.
Di sela kegiatan tersebut telah dilakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara perusahaan Indonesia dengan HAWA dan BIFA. Sebanyak tujuh perusahaan eksportir kayu ringan Indonesia menandatangani kerja sama tersebut dengan 15 perusahaan anggota asosiasi tersebut.
Kemendag berharap perusahaan Indonesia dapat memaksimalkan kerja sama ini, khususnya dalam memperkenalkan kayu ringan asli Indonesia sebagai pengganti bahan baku furnitur dan konstruksi, yang selama ini memanfaatkan limbah kayu dari Chile dan Brasil. Dari pertemuan tersebut telah membuahkan percobaan pesanan sebesar US$ 5 juta.
(Baca: Pelonggaran DNI, Pengusaha Kayu Tak Gentar Bersaing dengan Asing)