Kritik Infrastruktur Era Jokowi, Faisal Basri Minta Bangun Jalur Laut

Arief Kamaludin | Katadata
Pemenang Pilpres 2019 diminta mengubah fokus pembangunan infrastruktur dari darat ke laut.
14/2/2019, 19.09 WIB

Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri berharap pemenang Pilpres 2019 mengubah fokus pembangunan infrastruktur dari darat ke laut. Sebab, distribusi logistik yang selama ini didominasi jalur darat membuat tingginya ketimpangan harga komoditas lokal di berbagai daerah.

"Ini harga produk yang sama buatan lokal di berbagai daerah beda-beda. Di daerah produsen dan daerah lain itu harganya jomplang," kata dia di Nifarro Park, Jakarta, Kamis (14/2).

Dia mencontohkan harga duku per kilogram hanya sebesar Rp 5.000 di daerah Pontianak, Kalimantan Barat ketika masa panen. Namun, ketika dijual ke daerah Malang, Jawa Timur, harga duku tersebut melonjak hingga Rp 49.490 per kilogram.

Lantaran mengandalkan jalur darat, harga komoditas lokal juga kalah murah dibandingkan produk impor. Pada November 2018, Faisal menyebut harga jeruk lokal yang dijual di Malang sebesar Rp 32.950 per kilogram. Sementara, harga jeruk impor yang dijual di Malang sebesar Rp 27.950 per kilogram.

(Baca: Faisal Basri Soroti Impor Pangan & Baja Penyebab Defisit Neraca Dagang)

Pada Januari 2019, harga jeruk lokal sebesar Rp 30.000 di Bogor, sedangkan harga jeruk impor sebesar Rp 25.000. Lalu, ketika harga mangga harumanis sebesar Rp 39.500 per kilogram di Palembang, harga mangga asal Brazil Rp 29.900 per kilogram.

Ia pun menjelaskan, saat ini hanya 10% saja distribusi logistik melalui jalur laut, selebihnya menggunakan jalur darat. Adapun distribusi logistik di dalam negeri cenderung menggunakan truk. Terlebih, pemerintah saat ini lebih berfokus pada pembangunan infrastruktur darat, seperti tol.

"Karena semua diangkut pakai truk. Ini semakin kukuh dengan dibangunnya tol Trans Sumatera dan Trans Jawa," kata Faisal.

(Baca: Pembangunan Infrastruktur Masif, Akankah Dongkrak Ekonomi?)

Menurut dia, Ongkos distribusi menggunakan truk mahal karena kapasitas angkutnya kecil. Satu truk hanya mampu mengangkut 10 ton komoditas. Ditambah lagi jarak tempuh pengiriman logistik lebih panjang jika melalui jalur darat.

Di sisi lain, kapal memiliki kapasitas angkut ribuan kali lebih besar dibanding truk. Dengan pola negara kepulauan, jarak tempuh distribusi logistik lewat jalur laut pun bisa lebih pendek ketimbang jalur darat. Dengan demikian, produsen bisa menghemat biaya ongkos mereka.

(Baca: Genjot Sektor Pariwisata, Ini Usulan Kebijakan dari Ekonom & Pengusaha)

"Mangga dari Brazil, Pakistan, China diangkut pakai kapal. Ongkos angkut mereka murah," kata Faisal. Dia berharap orientasi pembangunan infrastruktur nantinya dapat berubah. "Ini yang kami minta tolong dikoreksi," kata dia.