Selain impor barang-barang produksi, akselerasi impor juga terjadi pada kategori barang konsumsi yang naik tertinggi menyentuh 22,03 persen. Padahal, impor bahan baku penolong maupun barang modal juga meningkat menjadi 20,06 persen dan 19,54 persen.

CORE menambahkan bahwa negara tetangga tak mengalami kenaikan impor seperti Indonesia. Contohnya, Vietnam hanya meningkat sebelas persen, Filipina 16 persen, dan Malaysia hanya 5 persen. (Baca juga: Pemerintah Punya Sejumlah Pekerjaan Rumah untuk Menekan Impor

Ketimpangan kinerja ekspor dan impor ini sebetulnya sudah masuk alarm pemerintah. Baru-baru ini, diversifikasi produk ekspor serta penjajakan pasar nontradisional menjadi pembahasan utama dalam rapat koordinasi rerbatas (rakortas) di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan, lonjakan impor menandakan pertumbuhan ekonomi baik. Alasannya, sebanyak 90,89 persen impor merupakan porsi untuk barang dan bahan baku produksi.

Menurutnya, kenaikan impor juga terpengaruh penyelesaian proyek infrastruktur sehingga pemerintah tidak menyetop pembelian ke luar negeri ini. "Infrastruktur itu proyek jangka panjang, sampai empat tahun. Kalau disetop nanti tidak selesai," ujarnya.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan membenarkan penyebab surplus nonmigas turun karena upaya memacu pertumbuhan ekonomi. Selain itu, kenaikan impor barang konsumsi juga bertujuan menjaga stabilitas harga pangan. Hasilnya adalah inflasi terjaga di level 3,13 persen pada tahun lalu.

Halaman:
Reporter: Michael Reily