Pelindo IV Cari Utang Rp 3 Triliun untuk Bangun Empat Pelabuhan

Dok. KPPIP
Proyek strategis pemerintah Pelabuhan Bitung, merupakan Proyek Strategis Nasional di Provinsi Sulawesi Utara (KEK Bitung dan Pelabuhan Internasional Hub Bitung) senilai Rp 34 triliun dan juga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung dengan nilai investasi diperkirakan sekitar Rp 35 triliun.
26/5/2018, 13.01 WIB

PT Pelindo IV akan menerbitkan obligasi senilai Rp 3 triliun pada semester pertama 2018. Operator pelabuhan plat merah ini akan menggunakan hasil dari surat utang tersebut untuk membiayai pembangunan empat pelabuhan yang sedang berlangsung.

Direktur Utama Pelindo IV Doso Agung mengatakan empat pelabuhan tersebut adalah Makassar New Port, Pelabuhan Bitung, dan Pelabuhan Pantoloan di Palu. Terakhir yaitu pekerjaan pelabuhan Kendari di Sulawesi Tenggara. (Baca juga: Kemenhub dan Pengusaha Cari Cara Efisiensikan Pelabuhan).

Menurut Doso, obligasi ini akan diterbitkan dalam tiga tenor yaitu seri A selama lima tahun, seri B dengan jangka tujuh tahun, serta seri C untuk 10 tahun. “Akan kami gunakan untuk pembangunan yang berjalan,” kata Doso di Jakarta, Jumat (25/5).

Rencananya, dana Rp 3 triliun dari penerbitan surat berharga ini akan dialokasikan sebesar 33 persen untuk membiayai pembangunan Makassar New Port dan delapan persen untuk fasilitas terminal peti kemas Bitung, Pelabuhan Kendari, serta Pelabuhan Pantoloan. Sedangkan 59 persen akan digunakan untuk refinancing pokok pinjaman ke Bank Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia.

Doso mengatakan proyek Makassar New Port sudah dikerjakan sejak 2015 dan progres saat ini mencapai 69 persen. Sementara kemajuan pembangunan terminal peti kemas Bitung sampai 80 persen. Sedangkan pelabuhan Pantoloan telah terbangun 70 persen dan pelabuhan Kendari 70 hingga 80 persen. “Makassar New Port kami targetkan kuartal keempat 2018 bisa beroperasi,” kata Doso. (Baca: Pelindo IV Targetkan Proyek Pelabuhan Makasar Selesai Akhir 2018).

Pada kesempatan itu, dia juga memaparkan pendapatan usaha Pelindo IV sebesar Rp 3 triliun dan laba Rp 1 triliun pada 2017. Untuk tahun ini, ada penambahan belanja modal hingga Rp 5,5 triliun dengan 60 persen untuk pekerjaan proyek tahun jamak. Dan 40 persen dari belanja modal itu akan selesai tahun ini.

Sebelumnya, Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menyatakan perseroannya terus berfokus pada pemberian kredit infrastruktur. Investasi di sektor ini dalam jangka panjang hampir dipastikan selalu membawa keuntungan bagi perbankan. Seandainya pun proyek tersebut bermasalah, misalnya tidak sesuai waktu pengerjaan, tidak terlalu berpengaruh pada kinerja bank.  

Karena itu, salah satu fokus kredit korporasi Bank Mandiri pada tahun ini diarahkan pada proyek-proyek infrastruktur. “Dalam jangka pendek, kalau bermasalah pun paling mundur dua- tiga tahun. Tapi kan bunga tetap terbayar. Yang penting cash flow-nya terjaga,” ujar Kartika. (Lihat pula: Layanan Ekspor Langsung Pelindo IV Tekan Biaya Logistik 50%).

Dengan terbangunnya infrastruktur, dia yakin pertumbuhan ekonomi akan makin membaik. Kartika menampik pandangan yang menyatakan proyek-proyek infrastruk yang gencar dilakukan Presiden Joko Widodo saat ini sebagai kegiatan mubazir karena tidak fokus pada sentra-sentra ekonomi. “Dalam ekonomi dikenal demand driven dan supply driven. Dulu yang pertama, sekarang yang kedua. Dalam jangka panjang, pembangunan infrastruktur tidak ada yang salah.”