Jokowi: Pemerintah Terlambat Respons Revolusi Industri 4.0

ANTARA FOTO/Risky Andrianto
Pekerja menyelesaikan proses perakitan bodi mobil di pabrik PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Karawang, Jawa Barat, Kamis (29/3/2018). Toyota Manufacturing salah satu pabrik yang menerapkan industri 4.0.
Editor: Yuliawati
24/5/2018, 11.31 WIB

Sebelumnya Kementerian Perindustrian meluncurkan peta jalan industri bertajuk Making Indonesia 4.0. Roadmap ini dibuat sebagai langkah pemerintah dalam membangun industri manufaktur yang berdaya saing global dalam percepatan implementasi industri 4.0 memasuki era digital.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan, Making Indonesia 4.0 memberikan arahan bagi pergerakan industri nasional di masa depan, termasuk fokus pada pengembangan lima sektor manufaktur yang akan menjadi percontohan. Kelima sektor manufaktur tersebut, yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, serta elektronik.

(Baca juga: Jokowi Tak Percaya Robot Gantikan 800 Juta Pekerja pada 2030)

Airlangga mengklaim, implementasi kebijakan yang sukses akan mampu mendorong pertumbuhan PDB riil sebesar 1-2% per tahun. Alhasil, pertumbuhan PDB per tahun akan naik dari baseline sebesar 5% menjadi 6-7% pada periode tahun 2018-2030.

"Dari capaian tersebut, industri manufaktur akan berkontribusi sebesar 21-26% terhadap PDB pada 2030," kata dia.

Adapun, pertumbuhan PDB bakal digerakkan kenaikan signifikan pada ekspor netto. Indonesia diperkirakan mencapai 5-10% rasio ekspor netto terhadap PDB pada tahun 2030.

Selain kenaikan produktivitas, Making Indonesia 4.0 menjanjikan pembukaan lapangan pekerjaan sebanyak 7-19 juta orang, baik di sektor manufaktur maupun non-manufaktur pada tahun 2030 sebagai akibat dari permintaan ekspor yang lebih besar.

Halaman: