Kementerian Perdagangan optimistis bisa mencapai target pertumbuhan ekspor sebesar 11% sepanjang 2018. Hal itu diyakini tercapai seiring dengan pertumbuhan ekspor pada Januari-April 2018 dan diharapkan berlanjut hingga delapan bulan ke depan sejalan dengan perbaikan ekonomi dunia yang disertai dengan upaya kerja sama perdagangan yang terus digenjot pemerintah.
"Kami optimistis target ekspor nonmigas yang ditetapkan 11% bisa tercapai,” kata Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdagangan Kasan Muhri kepada Katadata, Kamis (17/5).
(Baca : Jelang Puasa, Neraca Dagang April 2018 Defisit US$ 1,63 miliar)
Pertimbangannya, nilai ekspor Januari-April 2018 naik 8,8% dibandingkan Januari-April 2017. Demikian juga dengan volume ekspor yang meningkat 11,9% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan begitu, menurutnya, kenaikan ekspor secara riil dari sisi volume lebih besar dibandingkan aspek harga komoditi.
“Dalam sisa waktu 8 bulan ke depan tren peningkatan ekspor kami perkirakan masih akan tetap berlanjut,” ujarnya.
Untuk memacu pertumbuhan ekspor, pihaknya masih akan terus mengoptimalkan beberapa kebijakan perdagangan luar negeri seperti promosi perdagangan, pendekatan nontarif, dan pembukaan akses pasar kerja sama perdagangan. “Pendekatan diplomasi perdagangan secara bilateral trus dilakukan baik dengan negara mitra dagang utama maupun negara non tradisional,” kata Kasan.
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit pada April 2018 sebesar US$ 1,63 miliar. Defisit neraca perdagangan RI merupakan yang ketiga kali setelah pada Januari dan Februari juga mengalami defisit, masing-masing sebesar US$ 760 juta dan US$ 50 juta.
(Baca Juga : Usai Ditegur Jokowi, Mendag Menaikkan Target Ekspor Jadi 11%)
Defisit nonmigas pada April juga disebabkan penurunan nilai ekspor beberapa produk seperti batu bara, kelapa sawit, perhiasan, produk tambang, dan besi baja. Sedangkan peningkatan impor bahan baku penolong nberkontribusi terbesar terhadap impor dan kemudian diikuti dengan kontribusi impor barang modal .
Namun demikian, Kasan menilai impor bahan baku penolong dan barang modal bisa menjadi indikasi positif atas kegiatan investasi dan operasional industri manufaktur baik yang berorientasi ekspor maupun pasar dalam negeri. Beberapa acara nasional dan internasional diharapkan bisa mendorong kegiatan industri manufaktur, seperti Pemilihan Kepala Daerah, Asian Games, dan perhelatan tahunan International Monetary Fund (IMF).