Perkembangan teknologi memunculkan kekhawatiran akan hilangnya sejumlah perkerjaan. Namun, Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) meyakini bakal banyak peluang pekerjaan baru imbas perkembangan teknologi.
Riset ADB menunjukkan, di tengah perkembangan teknologi seperti robotika dan kecerdasan buatan, masih banyak alasan untuk optimis akan prospek pekerjaan di kawasan Asia. Sebab, teknologi baru umumnya hanya mengotomatiskan sebagian tugas di suatu pekerjaan, bukan keseluruhan pekerjaan tersebut.
Selain itu, otomasi pekerjaan hanya dapat dijalankan jika dipandang layak diimplementasikan dengan mempertimbangkan aspek teknis maupun ekonomi. Di sisi lain, kenaikan produktivitas imbas pemanfaatan teknologi baru diyakini bakal meningkatkan permintaan barang dan jasa yang ujung-ujungnya bakal meningkatkan kebutuhan tenaga kerja.
“Di kawasan regional, beberapa pekerjaan akan hilang, tapi peningkatan permintaan (barang dan jasa) akan meningkatkan peluang kerja,” kata Kepala Perwakilan ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein di Jakarta, Rabu (11/4).
(Baca juga: Tujuh Bidang Pekerjaan Akan Tetap Eksis di Era Digital)
Berdasarkan hasil analisis ADB terhadap perubahan lapangan kerja di 12 negara berkembang di Asia sepanjang 2005-2015, kenaikan permintaan domestik lebih dari cukup untuk mengompensasi hilangnya pekerjaan karena kemajuan teknologi.
Selain itu, analisis data yang cukup luas menunjukkan munculnya banyak posisi kerja baru di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dan beragam jenis pekerjaan baru di bidang perawatan kesehatan, pendidikan, keuangan, asuransi, dan real estat.
Adapun perkembangan teknologi seperti robotika dan kecerdasan buatan memang akan menjadi tantangan bagi para pekerja. Pekerjaan yang memerlukan langkah-langkah repetitif dan rutin, serta para pekerja yang tidak memiliki pendidikan atau pelatihan yang memungkinkannya berpindah dengan mudah ke pekerjaan lain, diperkirakan akan menghadapi kenaikan upah yang lambat.
Adapun berdasarkan catatan ADB, pekerjaan yang menggunakan kemampuan kognitif, interaksi sosial, dan TlK setiap tahunnya meningkat 26 poin persentase lebih cepat daripada lapangan kerja secara keseluruhan selama satu dekade terakhir. Selain itu, upah riil rata-rata untuk jenis-jenis pekerjaan ini naik dua kali lipat lebih cepat daripada pekerjaan yang lain.
(Baca juga: Mayoritas Negara Berkembang Asia Diramal Tak Alami Percepatan Ekonomi)
ADB pun memperkirakan pekerjaan yang akan tumbuh merupakan pekerjaan yang berada dalam kategori kognitif nonrutin, seperti digital artist dan web designer. Berdasarkan data Asian Development Outlook (ADO) 2018, kategori pekerjaan kognitif nonrutin di India distribusinya sebesar 63%, Malaysia tumbuh 82%, dan Filipina tumbuh 60%.
Di sisi lain, jenis pekerjaan yang distribusinya paling sedikit ialah kategori kognitif rutin, seperti telemarketer dan information systems clerk. Berdasarkan data ADO, distribusi kategori ini di India hanya sebesar 2%, sementara Malaysia 11%, dan Filipina 2%.
Di tengah tantangan tersebut, Winfried mengatakan, pembuat kebijakan harus memastikan bahwa peningkatan teknologi dapat membuka lapangan kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbaiki pendidikan.
Untuk Indonesia, pemerintah harus fokus pada pembangunan infrastruktur, pengembangan pendidikan, reformasi ekonomi dan penguasaan ekonomi. Selain itu, pengawasan dan pembuatan regulasi yang proaktif untuk mendapatkan keuntungan dari perkembangan teknologi.
Menurut Winfried, pemerintah juga perlu mendukung penilitian terkait peluang kerja pada sektor energi, teknologi finansial, hingga e-commerce.
Di sisi lain, Ekonom ADB Emma Allen mengatakan, pemerintah harus merespons perkembangan teknologi dengan pendidkan dan pelatihan, pembuatan peraturan kerja yang menguntungkan, dan perlindungan sosial.