Swasta Rencana Diajak Terlibat Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya

Suasana ekspo Jaringan Kereta Cepat Negara Tiongkok di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta.
Editor: Yuliawati
19/3/2018, 20.33 WIB

Pemerintah membuka kemungkinan swasta dan Badan usaha Milik Negara ikut membangun proyek kereta semi cepat Jakarta – Surabaya. Japan Bank for International Cooperation (JBIC) yang berminat dalam pembiayaan proyek tersebut tertarik melibatkan swasta Jepang dan Indonesia untuk menggarap proyek ini.

“Memang sekarang masih Govenment to Government (G to G), tapi dengan konsep tertentu bisa saja bukan G to G tapi Business to Business (B to B),” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Jakarta, Senin (19/3).

Budi mengatakan konsep tersebut masih berupa kajian awal. Apabila hasil kajian dilanjutkan, dia meminta JBIC memberikan persyaratan yang tidak terlalu ketat dan rumit kepada swasta. “Kami harap tidak complicated bagi swasta,” katanya.

(Baca juga: Kajian Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Diserahkan ke Jokowi Bulan Ini)

Kajian awal proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya dikerjakan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi serta Japan International Cooperation Agency (JICA). Salah satu aspek yang ditekankan dalam hasil studi tersebut mengenai keamanan.

“Apalagi ada 800 perlintasan sebidang dan membangun kereta ini akan memecahkan masalah safety,” kata dia.

Budi belum bersedia memaparkan lebih detail kajian awal proyek itu karena rencananya akan dirapatkan terlebih dahulu untuk mematangkan hasil kajian. Kemudian akan diserahkan kepada Presiden Joko Widodo akhir bulan ini.

(Baca: Hanya Perusahaan Lokal dan Jepang yang Ikut Tender Kereta Surabaya)

Budi pernah mengatakan jika hasil prastudi kelayakan tersebut sudah sesuai dengan ekspektasi pemerintah, maka proyek Kereta Semicepat Jakarta-Surabaya bisa langsung dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Dirinya mengatakan hal yang paling jelas saat ini adalah proyek tersebut akan dikerjakan pada lintasan kereta yang telah ada. Namun untuk kebutuhan biayanya masih akan diperhitungkan.

"Karena kami tidak mau investasi yang awalnya Rp 60 triliun, tapi tiba-tiba jadi Rp 100 triliun. Pasti akan dipermasalahkan," ujarnya.

Sebelumnya Senior Representative Indonesia Office JICA Tomoyuki Kawabata menyerahkan kepada Kementerian Perhubungan untuk menindaklanjuti hasil kajian ini. Namun dari studi awal yang dilakukan JICA, kereta ini akan menggunakan jalur yang telah ada.

Kereta semicepat berjarak 748 kilometer diperkirakan akan ditempuh dalam waktu 5,5 jam dengan kecepatan rata-rata 160 kilometer. "Detail lainnya sedang dalam diskusi," ujarnya.

Reporter: Ameidyo Daud Nasution