Perjanjian Dagang Uni Eropa Bakal Naikkan Ekpor Tekstil 3 Kali Lipat

Katadata | Arief Kamaludin
Perdagangan bebas dengan Uni Eropa dianggap penting karena kawasan tersebut memiliki kontribusi paling besar dalam ekspor tekstil.
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
13/3/2018, 13.25 WIB

Jika perdagangan bebas dengan Uni Eropa tak bisa dilaksanakan dalam waktu dekat, Sigit menilai kebijakan early harvest dapat dilakukan. Nantinya, produk tekstil yang diekspor dapat ditukar dengan komoditas lain dari Eropa untuk masuk ke Indonesia. "Apakah kami tukar dengan komoditas otomotif atau yang lainnya supaya bisa masuk ke Eropa," kata dia.

Sebelumnya desakan mempercepat perjanjian datang dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) meminta pemerintah untuk mempercepat proses negosiasi perjanjian dagang dengan sejumlah negara.

(Baca juga: Pengusaha Tekstil Minta Pemerintah Percepat Perjanjian Dagang)

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) yang diolah API, total ekspor tekstil Indonesia sepanjang tahun lalu mencapai US$ 11,83 miliar. Negara tujuan ekspor tekstil dalam negeri paling banyak adalah Amerika Serikat (AS) sebesar 32,34%, Uni Eropa 14,97%, dan Jepang 10,08%.

Sektetaris Eksekutif API Ernovian Ismy mengatakan API telah meminta agar pemerintah juga membuat perjanjian dagang, setidaknya dengan negara yang selama ini menjadi pasar terbesar produk ekspor Indonesia. Ernovian mengklaim permintaan ini telah disampaikan melalui surat resmi kepada pemerintah.

Menurutnya, Indonesia masih kalah cepat jika dibandingkan dengan Vietnam dalam kesepakatan perjanjian dagang. Padahal kualitas tekstil Indonesia sangat kompetitif dengan lebih dari 240 produk Indonesia yang sudah mendunia. Oleh karena itu, API juga meminta ada percepatan dalam negosiasi perjanjian dagang untuk meningkatkan ekspor tahun depan.

Halaman: