Perusahaan investasi di sektor perdagangan retail dan produk konsumsi, PT Indoritel Makmur International Tbk (DNET) menggadaikan saham perusahaan tiga entitas anaknya kepada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI). Skema gadai saham itu dilakukan perusahaan retail Grup Salim ini untuk mendapatkan pinjaman sebesar Rp 2 triliun.
Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Indoritel diketahui telah meneken perjanjian gadai saham dengan Bank Mandiri pada Selasa, 21 Februari 2018.
Dalam perjanjian tersebut, perusahaan sepakat menggadaikan sekitar 443,2 juta saham milik PT Indomarco Prismatama, 637,8 juta saham milik PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) dan 357,5 juta saham milik PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) sebagai jaminan utang.
(Baca : Usai Tutup Gerai New Look, MAP Siap Lanjutkan Ekspansi di 2018)
"Perseroan mengagunkan saham milik perseroan sebagaimana dipersyaratkan oleh Bank Mandiri berdasarkan perjanjian pinjaman baik sekarang atau dikemudian hari, dengan nilai keseluruhan tidak lebih dari 50% dari harta kekayaan (aktiva) perseroan dalam satu tahun buku," ungkap Corporate Secretary Indoritel Kiki Yanto Gunawan seperti yang dikutip dari keterbukaan informasi, Kamis (22/2).
Dana yang dikucurkan dari Bank Mandiri tersebut bertenor selama 7 tahun atau 84 bulan sejak penandatanganan perjanjian kredit, termasuk availability period selama 6 bulan serta grace period selama 1 tahun atau 12 bulan. Suku bunga pinjaman ini 8,75% per tahun dan suku bunga dapat berubah sesuai dengan ketentuan di Bank Mandiri.
Sebelumnya, manajemen Indoritel menjelaskan dana pinjaman Rp 2 triliun itu rencananya akan digunakan untuk pengembangan usaha, termasuk refinancing pinjaman bank atau lembaga keuangan lain dan instrumen surat utang lain.
Indoritel saat ini tercatat menggenggam 40% saham PT Indomarco Prismatama (Indomaret), 31,5% saham PT Nippon Indosari Corporindo Tbk (ROTI), dan 35,84% saham PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) pemegang waralaba KFC di Indonesia.
Kendati daya beli tahun lalu diprediksi melambat tahun lalu, namun kinerja serta rencana ekspansi entitas anak perusahaan terus melaju.
Hingga kuartal III 2017 lalu, Fast Food Indonesia mencetak pendapatan sebesar Rp 3,89 triliun, naik 9,26% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 3,56 triliun dan menargetkan penjualan mencapai Rp 6,03 triliun di 2018, sementara Sari Roti membukukan pendapatan Rp 1,82 triliun, turun tipis 0,53% menjadi Rp 1,83 triliun. Sedangkan Indomarco Prismatama menargetkan menambah 1.500 unit gerai sepanjang tahun lalu, dari total gerai yang dioperasikan perseroan sebanyak 14.033 gerai hingga Juni 2017.
Perlambatan pertumbuhan industri ritel tahun lalu diharapkan dapat membaik tahun ini . Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) optimistis pesta demokrasi yang diselenggarakan pada 2018 akan mendongkrak pertumbuhan retail antara 10-12%. “Ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang sekitar 7,5% sampai 8%, tapi kami masih hitung total pertumbuhan 2017,” ujar Ketua Umum Aprindo Roy Mandey kepada Katadata, Rabu (3/1).
(Baca juga : Tahun Politik, Pengusaha Yakin Retail Tumbuh Hingga 12%)
Menurutnya, proses sosialisasi program kerja para calon kepala daerah disertai dengan penyediaan konsumsi masyarakat yang dibeli melalui retail. Terlebih, sistem kemitraan antara pengusaha retail dan warung tradisional sudah mulai berjalan.
Selain Pilkada, Roy menjelaskan perhatian pemerintah untuk mengalokasikan Dana Desa dan program dalam Dana Alokasi Khusus juga akan memacu konsumsi. Pasalnya, program pemerintah bakal meningkatkan produktivitas masyarakat yang berujung pada kenaikan pendapatan.
Ia juga berharap pemerintah menjaga nilai inflasi tetap rendah. Pasalnya, kenaikan harga untuk kebutuhan pangan dan energi bakal menahan tingkat konsumsi masyarakat.