Investasi Garam Terkendala Pembebasan Lahan

ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Petani memanen garam di lahan garam desa Santing, Losarang, Indramayu, Jawa Barat, Senin (31/7).
Penulis: Michael Reily
Editor: Yuliawati
3/8/2017, 18.17 WIB

BPPT mengembangkan teknologi dengan mempercepat panen garam dari 10 hari menjadi hanya 4-5 hari. Teknologi yang dikembangkan dengan membangun reservoir air laut bertingkat dan mekanisasi metode panen.

Rencananya uji coba akan diterapkan di di Kupang, Nusa Tenggara Timur dan Madura.
“Biayanga lebih rencah, tidak terpengaruh dengan cuaca, sehingga produksinya bisa kami tingkatkan dan tak perlu impor lagi,” kata Luhut.

(Baca: Pemerintah Kaji Aturan Impor Tak Bedakan Jenis Garam)

Saat ini kebutuhan garam nasional sekitar 4 juta ton, dengan rata-rata produksi dalam negeri
antara 1,7-1,8 juta ton per tahun. Kebutuhan garam industry sekitra 2,3 juta ton dipenuhi lewat impor.

Musim hujan yang berkepanjangan membuat pemerintah mengimpor garam konsumsi sebanyak 75 ribu ton. Rencananya, garam impor tersebut akan sampai melalui pelabuhan Ciwandan (Banten), Tanjung Priok (Jakarta), dan Belawan (Sumatera Utara).

Halaman:
Reporter: Ameidyo Daud Nasution