Mendag Curigai Kepentingan Bisnis di Balik Resolusi Sawit Eropa

ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Penulis: Miftah Ardhian
10/4/2017, 20.54 WIB

Untuk meluruskan hal ini, Enggar mengatakan akan melakukan komunikasi dengan pihak lainnya seperti duta besar Uni Eropa. Selain itu, pemerintah juga membawa permasalahan ini ke seluruh forum-forum lembaga dunia seperti pertemuan G 20. Bahkan Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman juga menyampaikan protes keras. "Pemerintah akan mengambil langkah," ujarnya.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menganggap resolusi ini merupakan tindakan diskriminatif dan berlawanan dengan posisi Uni Eropa sebagai champion of open, rules based free, and fair trade. "Resolusi ini juga menggunakan data dan informasi yang tidak akurat dan akuntabel, serta melalaikan pendekatan multi-stakeholders," kata Retno dalam keterangannya akhir pekan lalu.

Dia menekankan minyak sawit bukanlah penyebab utama deforestasi. Berdasarkan kajian Komisi Eropa tahun 2013, dari total 239 juta hektare (ha) lahan yang mengalami deforestasi secara global sepanjang 20 tahun, 58 juta ha diakibatkan sektor peternakan, 13 juta ha dari kedelai, 8 juta ha dari jagung, dan 6 juta ha dari minyak sawit. Artinya, minyak sawit dunia hanya berkontribusi 2,5 persen terhadap deforestasi global.

(Baca: Di Depan Hollande, Jokowi Apresiasi Sikap Prancis Soal Sawit)

Menurutnya minyak sawit menjadi bagian dari solusi mengurangi emisi gas rumah kaca dan berkontribusi positif pada peningkatan permintaan biofuel sebagai pengganti bahan bakar fosil. Minyak sawit merupakan minyak nabati paling produktif. Produksi sawit mencapai 4,27 ton per ha per tahun, sedangkan rapeseed hanya 0,60 ton, bunga matahari 0,52 ton, dan kedelai 0,45 ton.

Halaman: