Presiden Indonesia ke-3 Bacharuddin Jusuf Habibie menyoroti rendahnya produktivitas masyarakat di dalam negeri. Hal tersebut terlihat dari jam kerja yang lebih rendah dibanding negara lain. Alhasil, daya saing Indonesia  lemah di kancah internasional.

Ia menjelaskan, untuk mampu bertahan menghadapi beragam gejolak global, daya saing di dalam negeri perlu diperkuat. Gejolak global seperti yang terjadi akibat kebijakan Presiden baru Amerika Serikat (AS) Donald Trump, tak akan merugikan Indonesia, sepanjang pemerintah mendorong produksi di dalam negeri.

"Selama Anda mempertahankan produk dalam negeri, itu tidak akan merugikan," kata Habibie dalam acara Presidential Lecture bertema "Peningkatan Daya Saing Indonesia melalui Penciptaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang Berkualitas" di Gedung Bank Indonesia (BI), Jakarta, Senin (13/2). 

Habibie mengapresiasi naiknya jumlah beasiswa yang diberikan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), misalnya, telah memberikan beasiswa kepada 16.293 mahasiswa sejak 2012.

Kondisi tersebut, menurut dia, lebih baik dari masanya. Namun, sayangnya, hal tersebut tak juga mendorong peningkatan produktivitas masyarakat di dalam negeri.

Oleh sebab itu, pemerintah perlu memastikan lapangan pekerjaan selalu terbuka bagi masyarakat. Dengan begitu, produktivitas akan berjalan dan dalam jangka panjang akan mendorong daya saing Indonesia.

Selain itu, ia juga mendorong pemerintah  meningkatkan anggaran untuk riset dan pengembangan. Jadi, persoalannya dulu tidak terulang, yaitu ketika ia berhasil membangun pesawat namun kemudian industrinya dihentikan.

Halaman: