Ditopang Harga Komoditas, Ekspor Diprediksi Naik Tahun Ini

Arief Kamaludin | Katadata
Aktivitas bongkar muat kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Penulis: Miftah Ardhian
Editor: Pingit Aria
16/1/2017, 14.29 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Meski surplus mencapai US$ US$ 8,78 miliar, namun ekspor dan impor sama-sama mengalami penurunan. Tahun ini, volume perdagangan diprediksi akan meningkat.

"Saya perkirakan kita akan naik terus ke depan. Tahun 2016 ini merupakan jurang terendah perdagangan internasional kita," ujar Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo, Senin, 16 Januari 2017.

Menurut Sasmito, proyeksi naiknya kinerja perdagangan tahun ini disumbang oleh kenaikan ekspor sektor manufaktur. “Selain itu, harga komoditas juga merangkak naik, karena kebutuhan tembaga dan bahan galian yang semakin berkembang,” ujarnya. 

(Baca juga:  Surplus Neraca Dagang 2016 Tumbuh 14 Persen meski Ekspor Turun)

Tren kenaikan kinerja ekspor dan impor ini telah tampak dalam beberapa bulan terakhir. Pada Desember 2016 misalnya, ekspor mencapai US$ 13,77 miliar atau meningkat 1,99 persen dibanding ekspor November 2016 yang sebesar US$ 13,50 miliar. Demikian pula jika dibandingkan dengan Desember 2015 yang sebesar US$ 11,91 miliar atau naik 15,57 persen.

Ekspor non migas Desember 2016 mencapai US$ 12,54 miliar atau naik 1,13 persen dibanding November dan naik 18,11 persen dibanding Desember 2015.

Ekspor non migas terbesar bulan Desember 2016 ini masih menuju Cina sebesar US$ 1,86 miliar. Disusul Amerika Serikat US$ 1,46 miliar dan Jepang US$ 1,24 miliar. Sementara, ke Uni Eropa (28 negara) sebesar US$ 1,43 miliar.


Negara Tujuan Ekspor Utama Indonesia (November 2016)

Halaman:
Reporter: Miftah Ardhian