Hingga 2035, Pemerintah Fokus Kembangkan Industri Dirgantara

DONANG WAHYU | KATADATA
Penulis: Muhammad Firman
Editor: Pingit Aria
28/12/2016, 11.51 WIB

(Baca juga: Gandeng 3 Bank BUMN, KAI Buat Kartu Elektronik Transportasi)

Saat ini INACOM turut serta dalam pengembangan beberapa komponen terutama pada program pesawat N219. Diharapkan, saat terbang perdana pesawat N219 memiliki tingkat kandungan dalam negeri sebesar 40 persen dan selanjutnya dapat ditingkatkan menjadi 60 persen pada tahun 2019. 

Pesawat N219 merupakan buurung besi produksi PT Dirgantara Indonesia. Pesawat tipe turboprop (baling-baling) ini diklaim sesuai untuk penerbangan komersil jarak pendek. Pesawat ini sudah diperkenalkan di luar hangar, namun beberapa komponennya masih dalam proses sertifikasi.

Di sektor jasa perawatan, lanjut Airlangga, Kementerian Perindustrian juga memfasilitasi berdirinya Asosiasi Jasa Perbaikan dan Perawatan Pesawat (Maintenance, Repair dan Overhaul/MRO), yaitu Indonesia Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA). Anggota asosiasi ini lebih dari 35 industri MRO dan salah satunya yang paling besar adalah PT. Garuda Maintenance Facility (GMF).

(Baca juga:  Incar Turis India, Garuda Buka Rute Jakarta – Mumbai)

Untuk mendukung peningkatan kapasitas MRO sebagai usaha dalam penyerapan pasar dalam negeri, saat ini telah diwacanakan beberapa pengembangan Aerospace Park di Indonesia diantaranya di Jawa Barat dan Bintan. “Kami berharap kedua Asosiasi di bidang kedirgantaraan tersebut dapat menjadi bagian penting dalam mendorong pengembangan industri kedirgantaraan nasional,” kata Airlangga.

Sebagai pelengkap, baru-baru ini telah dikukuhkan Pusat Desain dan Engineering Pesawat Udara atau Indonesia Aircraft Engineering Center (IAEC) di Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN. Airlangga berharap IAEC mampu mengisi sektor desain dan engineering dalam pengembangan pesawat maupun komponen sehingga dapat memperbaiki kualitas produk pesawat dan komponen di masa depan.

Halaman:
Reporter: Muhammad Firman