Indonesia Berebut Turis Cina dengan Dua Negara ASEAN

Agung Samosir (Katadata)
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Yura Syahrul
15/11/2016, 20.56 WIB

Selain pembangunan infrastruktur, pemerintah juga mengembangkan sektor pariwisata untuk menopang pertumbuhan ekonomi di tengah tren perlambatan ekonomi. Namun, bukan hanya Indonesia, dua negara lain di ASEAN ternyata juga menggenjot sektor pariwisata untuk menarik turis asing.

Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo mengatakan, pariwisata merupakan sektor yang paling tahan terhadap tekanan global, termasuk di dalamnya Usaha Kecil dan Menengah (UMKM). Karena itu, pemerintah fokus mengembangkan 10 tujuan wisata di Indonesia.

Sebanyak 10 tujuan wisata itu adalah Mandalika, Labuan Bajo, Pulau Morotai, Tanjung Kelayang, Danau Toba, Wakatobi, dan Gunung Bromo. Selain itu, Candi Borobudur, Pantai Tanjung Lesung, dan Kepulauan Seribu. (Baca: Kembangkan Tiga Lokasi Wisata, Pemerintah Utang Rp 3,9 Triliun)

Pengembangan kawasan wisata ini juga masuk dalam paket kebijakan ekonomi jilid VI mengenai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Selain itu, Pemerintah Indonesia telah memberikan insentif bebas visa kepada 169 negara mulai tahun ini. Tujuannya agar turis mancanegara meningkat.

Pada 2014, jumlah turis ke ASEAN mencapai 105 juta kunjungan dan diperkirakan akan meningkat menjadi 200 juta pada 2020. Demi menggaet turis ke Indonesia, pemerintah menghilangkan persyaratan yang menghambat dan menambah waktu kunjungan pelancong.

“Hal ini agar kami bisa mencapai target 20 juta turis pada 2019,” kata Mardiasmo dalam acara ASEAN Finance Minister’s Investors Seminar (AFMIS) di Jakarta, Selasa (15/11). (Baca: Asing Boleh Masuk, Investasi Sektor Pariwisata Melejit 100 Persen)

Per September lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mencapai 8,4 juta atau naik 8,5 persen dibanding periode sama tahun lalu. Cina merupakan turis terbanyak yang datang ke Indonesia sejumlah 101,8 ribu kunjungan. Selain itu, turis ke Indonesia juga banyak berasal dari Singapura dan Malaysia.

Kamboja juga tengah memacu sektor pariwisata untuk mendorong pertumbuhan ekonominya. Per September lalu, turis yang masuk ke Kamboja mencapai 3,7 juta atau meningkat lima persen dibanding periode sama tahun lalu.

Sama dengan Indonesia, Kamboja juga mengincar turis asal Cina. “Saya pikir ada beberapa negara di ASEAN yang punya keterkaitan dalam pariwisata, dan kami akan mempromosikan tujuan wisata utama kami,” ujar Menteri Keuangan Kamboja Phalla Phan.

Kamboja menargetkan kunjungan turis asing ke dalam negeri mencapai 5 juta orang tahun ini dan 7,5 juta pada 2020. Khusus dari Cina, ditargetkan mencapai dua juta kunjungan per tahun. Dengan begitu, akan mendorong tambahan penerimaan negara hingga US$ 5 juta dan menciptakan satu juta lapangan pekerjaan.

(Baca: Dongkrak Wisatawan, Proyek Infrastruktur Danau Toba Dikebut)

Thailand juga tengah mendorong sektor pariwisata. Wakil Menteri Keuangan Thailand Kiatchai Sophastieanphong mengatakan, kondisi eksternal saat ini sangat menyulitkan. Bermula dari langkah Cina yang mengurangi impor dan fokus pada konsumsi masyarakat, sehingga menyebabkan harga komoditas tertekan.

Karena itu, Pemerintah Thailand mendorong peningkatan jumlah turis terutama asal Cina. “Kami akan mendorong investasi. Kedua, mendorong pariwisata terutama dari Cina,” kata Sophastieanphong.

Hingga September lalu, kunjungan turis asing ke Thailand mencapai 8,2 juta orang atau naik 13,1 persen dibanding tahun lalu. Alhasil, penerimaan dari sektor pariwisata meningkat 7,7 persen menjadi 216 juta bath pada 2015. Tahun ini, Thailand menargetkan penerimaan dari pariwisata 2,4 triliun bath.