Pemerintah Bentuk Tim Potong Rantai Distribusi Komoditas Pangan

Arief Kamaludin | Katadata
10/6/2016, 14.21 WIB

(Baca: Margin Jumbo Pedagang Berperan Melambungkan Harga Pangan)

"Misalkan dari sisi penggilingan siap, pergudangan juga harus siap, begitu pula tata niaga juga disiapkan. Tidak boleh ada yang defensif di sini," ujarnya.

Sedangkan Menteri Perindustrian Saleh Husin menjelaskan, pihaknya diikutsertakan dalam tim tersebut karena merupakan bagian dari hilirisasi industri pangan. Beberapa komoditas pangan yang langsung dikonsumsi masyarakat memang berasal dari pabrik sehingga pemerintah memandang perlu menjaga tata niaganya. "Jadi mulai dari hulu hingga hilir kami benahi.”

Namun, masih belum jelas langkah-langkah kongkrit apa saja yang akan diambil tim lintas K/L untuk memotong rantai distribusi pangan. Hingga kini, rapat koordinasi yang dimulai sejak pagi hari itu masih berlangsung.

(Baca: Harga Pangan Naik, Darmin Tengahi Perselisihan Dua Menteri)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik telah melansir survei “Perdagangan Komoditas Strategis 2015” pada akhir Januari lalu. Dari sisi pola distribusi, BPS mencatat lima komoditas strategis melibatkan dua hingga sembilan lapis usaha perdagangan dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen akhir. Itu terdiri atas produsen, importir atau eksportir, pedagang pengepul, distributor, subdistributor, agen, subagen, pedagang grosir, swalayan/supermarket/pedagang eceran.

(Baca: Jokowi Sebut Peran ‘Middle Man’ di Balik Lonjakan Harga Pangan)

Rantai distribusi terpanjang untuk cabai merah, bawang merah, dan jagung pipilan berada di Jawa Tengah. Sedangkan beras dan daging ayam ras di DKI Jakarta. Distribusi cabai merah di Jawa Tengah misalnya, bisa melalui lima lapis distributor dan pedagang: pedagang pengepul ke distributor, lalu subdistributor – agen – pedagang grosir – pengecer atau supermarket, hingga sampai ke konsumen akhir seperti rumahtangga, industri pengolahan dan kegiatan usaha lainnya.

Halaman: