Ekspor April Masih Lesu, Industri Manufaktur Terus Tumbuh

Arief Kamaludin|KATADATA
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Yura Syahrul
16/5/2016, 18.14 WIB

Berdasarkan hasil kajian Sasmito, produk impor lain yang disubstitusi di dalam negeri adalah televisi dan printer. “Banyak produk-produk yang sudah mulai dihasilkan (oleh produsen nasional),” katanya. Ia juga memperkirakan, industri di dalam negeri yang merupakan substitusi impor telah mulai terbangun, meski porsinya belum sampai 10 persen.

(Baca: Pemerintah Prioritaskan Empat Industri untuk Dikembangkan)

Seperti diketahui, pemerintah dalam setahun terakhir memang berupaya mendorong industri di dalam negeri untuk menekan defisit neraca perdagangan. Upaya yang dilakukan adalah meluncurkan 12 paket kebijakan ekonomi sejak September tahun lalu. Paket yang banyak memuat deregulasi peraturan itu bertujuan mempermudah peningkatan usaha dan investasi di dalam negeri.  

Namun, Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih menilai industri manufaktur belum mampu mendongkrak kinerja ekspor meski didukung oleh selusin paket kebijakan. Buktinya, nilai ekspor industri manufaktur lebih rendah dibandingkan tahun lalu meskipun porsinya terhadap ekspor mengalami peningkatan.

(Baca: Survei BI: Kuartal II, Sektor Manufaktur Mulai Ekspansi Usaha)

Lana menjelaskan, penyebab utamanya adalah perlambatan ekonomi negara-negara yang menjadi mitra dagang terbesar Indonesia. Cina misalnya, pertumbuhan ekonominya tahun ini diperkirakan hanya 6,5 persen. “Volume harus diperhatikan. Januari-April dibanding (periode sama) 2015 turun. Artinya jumlah barang yang diminta lebih sedikit dibanding sebelumnya,” katanya kepada Katadata.

Halaman: