Tiga Tahun Selalu Defisit, Neraca Dagang 2015 Akhirnya Surplus

KATADATA
Pelabuhan ekspor
Penulis: Yura Syahrul
15/1/2016, 15.18 WIB

Meski begitu, neraca dagang Indonesia pada 2015 mengalami surplus US$ 7,71 miliar. Ini merupakan kinerja dagang terbaik dalam tiga tahun terakhir yang selalu menderita defisit. Selama 2012 hingga 2014 berturut-turut defisit senilai US$ 1,7 miliar, US$ 4,1 miliar, dan US$ 2,2 miliar. Pada 2011, neraca dagang mencatatkan surplus US$ 26,06 miliar karena harga komoditas masih tinggi.

(Baca: Pertama Sepanjang 2015, Neraca Dagang November Defisit)

Suryamin menilai, melemahnya kinerja ekspor dan impor pada 2015 lebih banyak disebabkan oleh penurunan harga komoditas. Padahal, secara volume jumlahnya meningkat. Kecuali sektor tambang yang ekspornya dibatasi dan terkena kewajiban pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter). Dari 22 komoditas ekspor Indonesia, hanya kakao yang kinerjanya lebih baik dibanding 2014. Sisanya melorot lebih dari 10 persen.

Di tempat terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengakui, neraca dagang pada Desember 2015 masih defisit karena kondisi perekonomian belum stabil. "Tapi ini lebih baik (dibandingkan 2014)," katanya.

(Baca: BI Perkirakan Defisit Transaksi Berjalan 2015 Menciut 36 Persen)

Tahun ini, Darmin memperkirakan, impor masih akan mengalami kenaikan karena berbagai sektor usaha di dalam negeri lebih tumbuh dibandingkan tahun lalu. Contohnya, pembangunan pembangkit listrik mulai berjalan, begitu pula dengan pembangunan infrastruktur. Alhasil, impor bahan baku dan barang modal akan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.

Sedangkan neraca ekspor Indonesia pada tahun ini diperkirakan belum akan mengalami banyak perubahan. Pasalnya, ekspor masih membutuhkan waktu lebih lama untuk memulihkan kegiatannya. Karena itu, pemerintah akan terus memacu ekspor. "Pemerintah mungkin mulai lebih jelas upayanya dalam promosi (dagang) ke depan," kata Darmin.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Miftah Ardhian