Industri Otomotif Sulit Mengejar Thailand

Donang Wahyu|KATADATA
KATADATA | Donang Wahyu
Penulis:
Editor: Arsip
23/6/2014, 16.19 WIB

Kendala lainnya adalah harga bahan baku dan komponen pembuat mobil dalam negeri yang lebih mahal dari impor. Bahkan, jumlah industri komponen di Indonesia, meski telah mencapai 1.500 perusahaan, ternyata masih jauh dari jumlah industri komponen di Thailand yang memiliki sekitar 2.200 perusahaan. 

"Kebijakan pemerintah Thailand juga lebih mendukung," ujarnya.

Makanya, agar bisa bersaing pada Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) tahun depan, Gaikindo mendorong beberapa hal kepada pemerintah. Gaikindo menyarankan agar pemerintah harus membuat iklim usaha yang lebih baik, penguatan sumber daya manusia (SDM), dan memberikan fasilitas penelitian serta pengembangan.

"Harus ada fasilitasi bahan baku dan menerbitkan aturan teknis internasional yang diberlakukan di tingkat ASEAN," tutupnya.

Menjawab hal tersebut, Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi mengatakan pemerintah mengaku akan memberikan beberapa insentif untuk mendorong industri otomotif, yaitu tax holiday dan insentif untuk riset dan pengembangan (Research and Development/R&D).

"Deepening (pendalaman) bahan baku kami dorong habis-habisan, kayak CRV (produk Honda) kami beri tax holiday. Ada insentif R&D, tapi karena kerja otak sulit dihitung, masih kita bicarakan untuk detailnya," ujar Budi.

Untuk mendorong industri komponen yang merupakan bahan baku kendaraan, pemerintah berharap bisa ditangani oleh industri menengah lokal. "Mungkin ada seribuan yang bisa dihandle oleh industri menengah lokal. Kalau itu diberi kesempatan termasuk perbankan, agar bisa maju," ujarnya.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati