Produsen RI Bidik Ekspor Tekstil hingga Pakaian Jadi ke Australia

ANTARA FOTO/Fauzan/aww.
Pedagang menata kain tekstil dagangannya di Cipadu, Kota Tangerang, Banten, Kamis (16/4/2020). Pengusaha mengincar pasar tekstil Australia seiring berlakunya perjanjian dagang IA-CEPA.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Ekarina
6/7/2020, 18.44 WIB

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) bakal menjajaki sejumlah peluang ekspor ke Australia seiring dengan berlakunya Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA). Pasar ekspor tekstil terbesar saat ini ke Australia antara lain berupa pakaian jadi.

"Selama ini yang dominan ekspor pakaian jadi. Tapi sedang analisa potensi produk lainnya," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Rakhman saat dihubungi Katadata, Senin (6/7).

Menurutnya, ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) belum terlalu besar ke Negeri Kangguru. Sebaliknya, Indonesia justru kerap mengimpor dari Australia. Oleh sebab itu, dia pun menginginkan kinerja ekspor produk TPT Indonesia membaik dengan adanya perjanjian kerja sama ini. 

(Baca: Perdagangan Bebas Indonesia-Australia Berlaku, Siapa yang Untung?)

Berdasarkan data BPS yang diolah API, total ekspor TPT ke Australia pada 2019 mencapai US$ 227,2 juta. Sementara, ekspor tekstil mencapai US$ 33,93 juta dan ekspor garmen US$ 193,92 juta.

Sebaliknya, impor TPT dari Australia pada 2019 mencapai US$ 83,66 juta, impor tekstil US$ 83,17 juta, dan garmen US$ 487 ribu. Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia-Australia untuk TPT tercatat surplus US$ 143,6 juta.

Sementara itu, neraca perdagangan tekstil pada 2019 masih defisit US$ 49,23 juta, serta neraca garmen surplus US$ 192,83 juta.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika