738 Ribu Ton Garam Rakyat Tak Terserap Industri, Jokowi Soroti Impor

ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/wsj.
Petani memanen garam di area tambak Desa Surodadi, Kedung, Jepara, Jawa Tengah, Senin (27/7/2020). Menurut petani, akibat musim kemarau yang cenderung basah, masa produksi garam saat ini mundur dan cenderung menurun dibanding tahun sebelumnya dan harga garam saat ini rata-rata Rp20 ribu-Rp25 ribu per keranjang (90 kilogram).
Penulis: Rizky Alika
Editor: Pingit Aria
5/10/2020, 12.41 WIB

Selanjutnya, ia pun berharap adanya persiapan pengembangan hilirisasi industri garam. "Harus betul-betul dikerjakan dengan kemudian mengembangkan industri turunannya," kata Jokowi.

Sebelumnya, PT Garam pernah menyebutkan bahwa impor yang dilakukan pada tahun lalu menyebabkan 150 ribu ton garam tak terserap pasar. Ini menjadi penyebab harga garam di tingkat petani atau hulu anjlok.

Direktur Utama PT Garam Budi Sasongko mengatakan, harga garam terus menurun sejak September 2019. “Turun karena over supply atau over impor,” kata Budi dalam rapat virtual dengan Komisi VI DPR RI, Senin (20/4) lalu.

Pada tahun lalu, menurut dia, produksi PT Garam mencapai 450 ribu ton atau lebih tinggi dari target sebanyak 350 ribu ton. Jumlah tersebut bahkan merupakan yang terbesar sepanjang sejarah.

Kenaikan produksi tersebut terjadi seiring dengan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas yang dilakukan PT Garam. Salah satunya, penggunaan water engineer. Ia pun memperkirkaan produksi pada tahun ini mencapai 450 ribu ton, jika kondisi cuaca kembali mendukung.

Budi menjelaskan pihaknya dapat mengolah garam rakyat menjadi garam industrri. Namun, perusahaan selama ini memiliki keterbatasan modal kerja. Ia mencontohkan pada 2015 lalu, PT Garam sempat mendapatkan penyertaan modal negara sebesar Rp 300 miliar, tetapi Rp 202 miliar digunakan untuk modal kerja.

“Kalo ada investasi, saya yakin garam rakyat bisa jadi added value. Jadi bukan hanya main di hulu, tapi di hilir juga,” jelasnya.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika