Pedagang daging sapi melakukan aksi mogok jualan lantaran harga daging sapi di rumah pemotongan hewan terus melonjak. Akibatnya, konsumen dikhawatirkan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan daging sapi karena stok yang tidak mencukupi.
Menanggapi aksi mogok tersebut, Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan), Fadjar Sumping Tjatur Rasa menegaskan bahwa stok daging sapi dan kerbau masih aman dan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Meski demikian tahun ini diperkirakan masih akan terjadi defisit daging sapi sebesar Rp 223.142 ton. "Kebutuhan daging sapi dan kerbau tahun ini 696.956 ton. Sementara produksi diproyeksi 425.978 ton. Sisa stok tahun lalu 47.836 ton. Sehingga total produksi tahun ini 473.814 ton," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (21/1).
Untuk memenuhi kekurangan daging, sambung Fadjar, pemerintah akan mengimpor sapi bakalan sebanyak 502 ribu ekor. Jumlah ini setara dengan 112.503 ton daging sapi. Selain itu pemerintah juga akan mengimpor 85 ribu ton daging sapi, impor daging sapi Brasil dan daging kerbau India dalam keadaan tertentu 100 ribu ton.
"Sehingga, stok di akhir 2021 diperkirakan 58.725 ton. Diharapkan pula, jumlah ini mampu memenuhi kebutuhan bulan Januari 2022,” kata dia.
Jumlah impor daging sapi tahun ini lebih rendah 13,01% dibandingkan tahun lalu. Fadjar menyampaikan bahwa pemerintah berharap tren penurunan impor terus berlanjut sejalan dengan meningkatnya produksi daging dalam negeri.
Sementara Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah menyebutkan, bulan ini kebutuhan konsumsi daging sapi dalam negeri sebanyak 28.790 ton. Sedangkan kebutuhan konsumsi kurang lebih 56.720 ton.
Menurutnya, kondisi defisit ini akan dipenuhi dari stok daging sapi dan kerbau impor, serta sapi bakalan. “Per 14 Januari, jumlah stok daging sapi dan kerbau sekitar 21.980 ton,” ujar Nasrullah.
Adapun rinciannya, sebanyak 15.160 ton di Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sedangkan 6.830 ton di pelaku usaha maupun asosiasi. Sementara jumlah stok sapi bakalan di kandang, per Kamis (14/1), sebanyak 144.279 ekor. Jumlah ini setara dengan 32.230 ton daging.
Kemudian di bulan Feburari mendatang, dia menyebut rencananya akan dimulai pengapalan sapi dari negara lain, seperti Meksiko untuk menambah stok sapi bakalan di Indonesia.
“Terkait masalah harga, tetap kewenangan dari Kemendag. Infonya Kemenda sudah melakukan komunikasi dengan feedloter. Ditjen PKH juga sudah mengecek ketersediaan di lapangan. Hasilnya relatif aman sampai kebutuhan lebaran 2021," kata Nasrullah.
Senada, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menghimbau masyarakat untuk tidak khawatir. Sebab, ketersediaan stok daging cukup dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. “Kita tidak usah khawatir kekurangan. Jika kenaikan harga terjadi, Kementan siap berkoordinasi dengan Kemendag untuk mengontrolnya,” ujarnya.
Untuk diketahui, sebelumnya Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) telah berkoordinasi dengan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Syailendra, terkait aksi mogok penjual daging sapi.
Dari pertemuan itu, dihasilkan kesepakatan seperti pedagang sapi diminta tidak menaikkan harga selama dua bulan ke depan. Namun, pemerintah juga tidak bisa menuntut pedagang untuk berjualan, meski harus menaggung kerugian.
“Karena, ini merupakan pilihan dari pedagang daging sapi. Untuk stabilisasi harga, pemerintah akan memberikan izin kepada para importir untuk melakukan impor sapi dari negara Meksiko dan sapi slaugther dari Australia,” kata Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI), Asnawi.
Nantinya, pemerintah akan mengumumkan harga baru daging sapi di kisaran Rp 130 ribu per kg. Setelah pengumuman tersebut penjual daging baru akan menghentikan aksi mogok dan berjualan lagi.