Imbas Krisis Cip Semikonduktor, Produksi Mobil Inggris Turun 27%

ANTARA FOTO/REUTERS/Steve Marc
Land Rover Defender, dengan teknologi berkekuatan prosesor Qualcomm, dipamerkan di stan Qualcomm saat berlangsungnya 2020 CES di Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat, Selasa (7/1/2020). Produksi mobil Inggris turun 27% (YoY) pada Agustus tahun 2021.
1/10/2021, 11.12 WIB

Produksi mobil Inggris di bulan Agustus 2021 anjlok 27% secara tahunan (year on year). Penurunan produksi dipicu kelangkaan cip semikonduktor yang kini melanda dunia.

Dilansir dari The Guardian, Asosiasi Pabrikan dan Pengusaha Motor (SMMT) melaporkan bahwa jumlah mobil yang dirakit di pabrik-pabrik Inggris turun menjadi 37.200 unit pada Agustus tahun ini. Pada Agustus tahun 2020, produksi mobil berada di angka 51.000 unit.

Permintaan di Inggris dan sekitarnya memang pulih dengan cepat ketika ekonomi dibuka kembali. Namun, produsen otomotif di seluruh dunia tengah kesulitan untuk meningkatkan produksi mereka karena kelangkaan komponen cip semikonduktor.

Aston Martin,Bentley, Jaguar, Land Rover, Lotus, dan Rolls-Royce adalah beberapa produsen mobil terkemuka dari Inggris.

 Oleh karena itu, SMMT memperkirakan krisis komponen cip ini akan mengurangi produksi mobil di Inggris hingga 100.000 unit dari total produksi pada tahun 2021. Hal ini akan menjadi pukulan besar bagi industri  otomotif Inggris yang mampu memproduksi kurang dari satu juta mobil dalam 12 bulan terakhir.

Sejauh ini, produksi pada 2021 hanya 14% lebih tinggi dari 2020, ketika pabrik ditutup selama berbulan-bulan. Output turun 32% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019.

“Ini tentu sangat mengkhawatirkan, baik untuk industri maupun ribuan pekerja secara nasional.  Dampak dari kekurangan semikonduktor pada manufaktur tidak dapat dilebih-lebihkan. Pembuat mobil dan pemasok telah berjuang untuk menjaga produksi tetap berjalan dengan kendala yang diperkirakan akan berlanjut hingga 2022 dan mungkin seterusnya,” kata Kepala eksekutif SMMT Mike Hawes, dikutip dari The Guardian, Jumat (1/10).

Sebelumnya, perusahaan konsultan AlixPartners, krisis cip pada 2021 akan membuat sektor otomotif kehilangan pendapatan hampir Rp 3.000 triliun, yakni US$ 210 miliar, atau setara Rp 2.982 triliun pada tahun ini.

 Dilansir dari Bloomberg, ini merupakan proyeksi ketiga yang dirilis AlixPartners untuk melihat dampak krisis cip semikonduktor tahun ini.

Pada bulan Januari lalu, kerugian industri tahun ini diperkirakan hanya sebesar US$ 61 miliar atau Rp 869,2 triliun. Proyeksi tu kemudian direvisi pada Mei dengan kerugian membesar menjadi US$ 110 miliar atau Rp 1.556 triliun.

Krisis cip semikonduktor juga diperkirakan membuat produksi kendaraan tahun ini turun 7,7 juta. Angka tersebut hampir dua kali lipat dari prediksi perusahaan sebelumnya yang memperkirakan hanya akan berkurang 3,9 juta.

Meskipun upaya berkelanjutan untuk menopang rantai pasokan terus dilakukan di berbagai negara namun ketersediaan semikonduktor semakin menipis karena produsen mobil dan industri lainnya sudah tidak memiliki cadangan lagi.

“Pasokan sejumlah produsen sudah kosong, tidak ada lagi yang tersisa untuk dikikis,” kata Direktur Pelaksana Praktik Otomotif dan Industri AlixPartners Dan Hearsch, dikutip dari Bloomberg, Jumat (24/9).

Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi