Industri Alas Kaki Lokal Cemas Hadapi Krisis Energi Cina

ANTARA FOTO/Syaiful Arif/pras.
Seorang pekerja menyelesaikan pembuatan sepatu di industri rumahan Surodinawan, Prajuritkulon, Kota Mojokerto, Jawa Timur, Jumat (26/6/2020). Sejumlah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) alas kaki di Mojokerto yang sempat berhenti berproduksi akibat adanya pandemi COVID-19, kini mulai bangkit meski pesanan tidak sebanyak sebelumnya.
5/10/2021, 14.12 WIB

“Kita belum tau seberapa besar kenaikan permintaan karena lockdown Vietnam ini, karena bercampur juga dengan adanya peningkatan investasi,” kata dia.

Industri alas kaki merupakan salah satu andalan ekspor Indonesia. Namun, industri tersebut juga mengimpor bahan baku dari sejumlah negara termasuk Cina.
Pada tahun 2020, ekspor produk alas kaki mencapai US$4,8 miliar, naik 3,1% dibandingkan pada tahun 2019. 

Sebagai informasi, krisis listrik yang terjadi di Cina membuat pabrik-pabrik eksportir terbesar dunia dipaksa untuk menghemat energi dengan membatasi jumlah produksi.

Dilansir dari Bloomberg, setidaknya 20 dari 34  provinsi di wilayah Cina mengumumkan pemadaman listrik. Pemadaman ini sebagian besar ditargetkan untuk pengguna industri berat. Ke-20 provinsi tersebut menyumbang 66% terhadap produk domestik bruto (PDB) Cina.

Pemadaman merupakan imbas dari kenaikan harga batu bara serta ambisi Cina untuk mengurangi emisi gas kaca. 

Harga batu bara yang tinggi menyebabkan perusahaan pembangkit listrik memangkas output meskipun permintaan melonjak.  Di sisi lain,  beberapa daerah secara proaktif menghentikan aliran listrik untuk memenuhi tujuan emisi dan intensitas energi.

Halaman:
Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi