Pemerintah menargetkan ekspor bumbu dan rempah tumbuh menjadi US$ 2 miliar atau setara Rp 28 triliun pada 2024. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mencapai target tersebut yaitu melalui program Indonesia Spice Up The World.
Saat ini Indonesia berada di peringkat ke-9 negara pemasok rempah-rempah, dengan nilai ekspor mencapai US$ 1,03 miliar (Rp 14,6 triliun).
Ekspor rempah-rempah Indonesia mengalami pertumbuhan yang baik pada tahun 2020 dengan pertumbuhan sebesar 24,27%.
Produk rempah yang paling banyak diekspor yakni kecap senilai US$ 212,8 juta, cengkeh US$ 176,5 juta, pala US$ US$ 160,4 juta, lada US$ 155,3 juta, dan kayu manis senilai US$ 151,2 juta.
Pada Januari-Agustus, nilai ekspor rempah Indonesia mencapai US$639,2 juta atau Rp 9,08 triliun, naik 10,45% dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu.
Indonesia juga memiliki market share yang cukup besar pada beberapa produk rempah.
Cengkeh dan Bunga Pala bahkan memiliki market share terbesar di dunia dengan pangsa masing-masing mencapai 48,75% dan 70,55% market share dunia.
Berdasarkan hasil analisis Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan, produk cengkeh menjadi kunci utama untuk mencapai tercapainya target ekspor US$2 miliar pada 2024.
Hal tersebut dikarenakan tren ekspor cengkeh periode 2016-2020 tumbuh 52,84%.
"Memang cengkeh itu salah satu produk yang paling menopang tercapainya target US$ 2 miliar," kata Analis Kebijakan Ahli Muda BPPP Kemendag Immanuel Lingga dalam sebuah webinar, Kamis (18/11).
Lingga mengatakan, ekspor rempah-rempah Indonesia pada tahun 2024 mencapai US$ 2,18 miliar (Rp 31 triliun).
Setidaknya ada 10 produk rempah-rempah andalan Indonesiauntuk mengejar target tersebut, yaitu:
1. Cengkeh
Nilai ekspor Januari-Agustus 2021 US$ 72,7 juta
Nilai proyeksi ekspor 2024 US$ 563,8 juta (Rp 8,03 triliun)
2.Lada
Nilai ekspor Januari-Agustus 2021 US$ 98 juta
Nilai proyeksi ekspor 2024 US$ 235,7 juta (Rp 3,3 triliun)
3. Kayu manis
Nilai ekspor Januari-Agustus 2021 US$ 98 juta
Nilai proyeksi ekspor 2024 US$ 235,7 juta (Rp 3,3 triliun)
4. Pala
Nilai ekspor Januari-Agustus 2021 US$ 85,2 juta
Nilai proyeksi ekspor 2024 US$ 157,4 juta (Rp 2,2 triliun)
5. Kapulaga (cardamom)
Nilai ekspor Januari-Agustus 2021 US$41,2 juta
Nilai proyeksi ekspor sebesar 2024 US$ 321,5 juta (Rp 4,5 triliun)
6. Vanilla
Nilai ekspor Januari-Agustus 2021 US$23,4 juta
Nilai proyeksi ekspor US$ 3,47 juta (Rp 49,4 miliar)
7. Jahe
Nilai ekspor Januari-Agustus 2021 US$2,5 juta
Nilai proyeksi ekspor 2024 US$ 1,50 juta (Rp 21 miliar)
8. Bumbu instan
Nilai ekspor Januari-Agustus 2021 US$114,1 juta
Nilai proyeksi ekspor 2024 US$ 364,9 juta (Rp 2,2 triliun)
9. Kecap
Nilai ekspor Januari-Agustus 2021 US$14,3 juta
Nilai proyeksi ekspor US$ 32,97 juta (Rp 469 miliar)
10. Saus
Nilai ekspor Januari-Agustus 2021 US$ 9,6 juta
Nilai proyeksi ekspor 2024 US$ 38,70 juta (Rp 551 miliar)
"Namun, diperlukan intervensi yang lebih intensif untuk meningkatkan pertumbuhan ekspor, khususnya untuk vanilla dan jahe," ujar dia.
Adapun, 11 negara yang dapat menjadi target utama peningkatan ekspor produk rempah Indonesia yaitu, Amerika Serikat (AS), Cina, Vietnam, India, Arab Saudi, Belanda, Jerman, Malaysia, Singapura, Jepang, dan Australia.
Selain itu, fokus pasar ekspor dapat diperluas ke negara-negara di Kawasan Afrika.
"Indonesia memiliki keunggulan jenis rempah yang diakui pasar global, yang secara historis rempah dari Indonesia sudah sangat dikenal," kata dia.
Namun, dalam mengembangkan ekspor rempah-rempah masih ditemui beberapa hambatan seperti masih rendahnya minat budidaya rempah dan industri pengolah rempah sulit mendapat bahan baku langsung dari petani.
Juga, pola tanam dengan pestisida yang penggunaannya berlebihan sehingga sulit diterima pasar di beberapa negara.
Sebagai informasi, program Indonesia Spice Up The World tidak hanya menargetkan ekspor rempah-rempah sebesar US$ 2 miliar pada 2024, program tersebut bertujuan untuk mendorong kuliner Indonesia bisa hadir di mancanegara dan memberi nilai tambah bagi ekonomi Tanah Air.
Melalui program ini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menargetkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan usaha kuliner bisa membuka 4.000 restoran Indonesia di luar negeri.
Ada beberapa konsep pengembangan dalam program Indonesia Spice Up The World. Di antaranya pengembangan rempah, produk bumbu dan pangan olahan, restoran Indonesia, promosi kuliner, dan Indonesia destinasi kuliner.