Pedagang Curiga Lonjakan Harga Minyak Goreng, Cabai, Telur Tidak Wajar

ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/rwa.
Pedagang menjajakan cabai rawit dagangannya di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, Selasa (27/12/2021). Pedagang mengaku harga cabai rawit merangkak naik sejak awal Desember 2021, dari Rp30 ribu per kg menjadi Rp80 ribu per kg karena minimnya pasokan dari petani.
27/12/2021, 16.46 WIB

Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyayangkan kenaikan harga yang tinggi dari beberapa komoditas menjelang akhir tahun. Mereka menganggap kenaikan harga komoditas seperti minyak goreng, cabai rawit merah dan telur tidak wajar. 

"Jujur kami tidak menduga bahwa kenaikan harga pangan yang relatif panjang dan tinggi ini terjadi di akhir tahun 2021. Ini membuat masyarakat semakin sulit dalam menghadapi pergantian tahun," kata Sekretaris Jenderal Ikappi Reynaldi Sarijowan dalam keterangan resminya, Senin (27/12).

Minyak goreng mengalami kenaikan yang cukup fantastis. Reynaldi mengatakan, kenaikan ini yang belum pernah terjadi.

Adapun kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan harga minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO). Ia berharap pemerintah terus berupaya untuk menurunkan harga minyak gorang di tahun 2022.

Selanjutnya, cabai rawit merah yang merupakan komoditas yang rutin mengalami kenaikan harga di akhir tahun. Ada dua faktor yang membuat harga cabai rawit merah cukup tinggi.

 Pertama, yakni faktor cuaca dan permintaan yang tinggi, sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan antara supply dan demand.

Secara historis, harga cabai akan mengalami kenaikan saat musim hujan mengingat curah hujan yang tinggi kerap membuat hasil panen berkurang atau banyak yang rusak sementara logistik terganggu dengan banjir.

Untuk mengantisipasi lonjakan harga yang rutin terjadi, Ikappi berharap akan ada grand design pangan.

Hal itu merupakan strategi pangan untuk mengendalikan harga cabai rawit merah dan menghindari kenaikan terjadi setiap tahun.

Strategi tersebut merupakan langkah untuk memperbanyak wilayah-wilayah produksi cabai rawit merah.

"Tahun lalu harganya sudah naik sampai Rp 100.000 per kilogram, hari ini terjadi kembali bahkan lebih dari Rp 100 ribu per kilogram," ujar dia.

 Kemudian harga telur, yang biasanya berkisar antara Rp 23.000 hingga Rp 24.000 per kilogram, per hari ini (27/12) harga telur tembus di angka Rp 30.000. Reynaldi menyebut, kenaikan harga tersebut sangat buruk.

“Kami berharap agar harga telur bisa di antisipasi dengan strategi design telur dan ayam yang baik ke depan,” katanya.

Reyaldi meminta Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian untuk mengatasi gejolak harga pada tiga komoditas tersebut. 

Dia berharap agar harga pangan dapat dijaga dari kenaikan yang terlalu tinggi, sehingga masyarakat atau konsumen tidak kesulitan mendapatkan pangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

 Berdasarkan laman Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN), beberapa komoditas pangan mengalami lonjakan sepanjang bulan ini. 

Harga cabai rawit, misalnya, melonjak dari Rp 51.500/kg di awal Desember menjadi Rp 86.500. Di Jakarta, harga caba rawit bahkan menembus Rp 103.255/kg

Merujuk pada PIHPSN, enam sembako dengan kenaikan harga yang sangat signifikan di bulan Desember, di antaranya:
1. Cabai rawit merah 
   Harga saat ini Rp 86.500/kg, harga di awal Desember Rp 51.500/kg
2. Cabai merah keriting
Harga saat ini Rp 53.500/kg, harga di awal Desember Rp 43.250/kg
3. Cabai rawit hijau
Harga saat ini Rp 57.400/kg, harga di awal Desember Rp 42.300/kg
4. Minyak goreng kemasan bermerek 1
Harga saat ini Rp 20.050/kg, harga di awal Desember Rp 19.030/kg
5. Telur ayam
Harga saat ini Rp 26.200/kg, harga di awal Desember Rp 21.900/kg
6. Bawang merah
Harga saat ini Rp 28.850/kg, harga di awal Desember Rp 27.100/kg

Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi