Pembuat Tempe Tahu di Jakarta Akan Mogok Produksi dan Berjualan

ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/rwa.
Pekerja memproduksi tempe berbahan kedelai impor di sentra industri rumahan, Kelurahan Kedung Waringin, Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (12/2/2022).
Penulis: Antara
Editor: Maesaroh
16/2/2022, 06.05 WIB

Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta berencana mogok produksi dan berjualan mulai 21 hingga 23 Februari 2022. 

Ketua Puskopti DKI Jakarta Sutaryo menjelaskan bahwa aksi itu sebagai bentuk protes mahalnya harga kedelai yang mencapai Rp 11.300,00 per kilogram (kg). Aksi mogok rencananya diikuti sekitar 4.500 produsen tempe dan tahu.

"Tuntutannya pertama stabilitas harga, kedua turunkan harga. Karena dengan harga tinggi, pembeli tempe dan tahu lemah (daya beli)," kata Sutaryo seperti dikutip dari Antara, Selasa (15/2).

Aksi mogok produksi merupakan pernyataan produsen tempe dan tahu di Jakarta yang akan menaikkan harga jual selepas 23 Februari 2022 untuk menutup ongkos produksi.

 Aksi protes merupakan pilihan terakhir karena kenaikan harga kedelai impor yang tidak kunjung turun dan kini berkisar Rp 11.300,00/kg. Padahal sebelumnya hanya Rp 9.500 rupiah per kilogram.

"Karena mungkin dengan menaikkan harga 20%, mungkin akan sedikit menaikkan keuntungan. Perkiraan tempe naik dari Rp 5.000,00 ke Rp 6.000,00 per papan. Tahu dari Rp 35 ribu ke Rp 40 ribu," tutur Sutaryo.

Sutaryo mengatakan bahwa produsen tempe dan tahu berharap dalam jangka panjang, pemerintah dapat mencegah dampak kenaikan harga kedelai.

"Biar pemerintah memikirkan, jangan sampai setiap tahun terjadi terus seperti ini dengan hal yang sama. Pertanyaan perajin ini masa pemerintah tidak bisa menangani, masa terus-menerus terjadi," tambah Sutaryo.

Sementara itu, sejumlah pengrajin tahu di Banda Aceh dan sekitar menutup usahanya karena semakin mahalnya harga kedelai.

Sekretaris Asosiasi Tahu Tempe Aceh Mulizar di Banda Aceh mengatakan selain harga semakin mahal, pengrajin tahu juga kesulitan mendapatkan kacang kedelai.

"Selain harga mahal, kacang kedelai juga sulit didapat. Akibatnya, sejumlah pengrajin tahu terpaksa menutup usahanya karena ketiadaan bahan baku," kata Mulizar.

Mulizar mengatakan harga kacang kedelai saat ini mencapai Rp 11.500 per kilogram. Harga tersebut dianggap mahal karena tidak bisa ditutupi dengan harga produksi.

"Harga jual tahu sulit dinaikkan karena berdampak pada daya beli masyarakat. Kalau harga tahu dinaikkan, dikhawatirkan tidak ada yang beli. Akibatnya, ada beberapa pengrajin tahu terpaksa menghentikan usahanya," kata Mulizar.

Sedangkan pengrajin tahu yang masih bertahan, kata Mulizar, terpaksa menyiasati dengan mengurangi ukuran tahu yang diproduksi. Seperti menipiskan ketebalan hingga mengurangi bahan baku kedelai.

 Pengusaha tahu di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, mengurangi produksi menyusul harga kedelai yang semakin mahal guna menekan kerugian yang semakin besar.

"Kami kurangi produksi, karena untuk mengurangi kerugian. Kalau di hari normal sehari bisa hingga 400 kg Saat ini, rata-rata 300 kg, bahkan hari ini 200 kg," kata Pemilik CV Gudange Tahu Takwa (GTT) Gatot Siswanto di Desa Toyoresmi, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri.

Sebelumnya, Kementerian Perdaganagn mengatakan tingginya harga kedelai di pasar internasional diperkirakan akan bertahan hingga Juli 2020.

Kementerian Perdagangan memperkirakan tingginya harga tersebut akan berdampak pada kenaikan harga tahu dan tempe setidaknya sampai pertengahan tahun ini.

Harga kacang kedelai pada minggu pertama Februari 2022 telah mencapai US$ 15,77 per  gantang atau setara dengan Rp 11.240 per kilogram (Kg).

Harga ini diperkirakan akan terus naik hingga Mei di level US$ 15,79 per gantang sebelum akhirnya turun tipis per Juli 2022 ke posisi US$ 15,74 per gantang.