PMI Manufaktur Indonesia Maret Naik Tipis, di Atas ASEAN dan Tiongkok

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww.
Pekerja membersihkan mesin yang digunakan untuk produksi tisu basah di PT The Univenus Cikupa, Tangerang, Banten, Rabu (11/11/2020). Kementerian Perindustrian menyatakan pertumbuhan sektor industri manufaktur di kuartal III-2020 sebesar 5,25 persen dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Penulis: Annissa Mutia
2/4/2022, 11.10 WIB

Aktivitas industri manufaktur di Indonesia pada Maret 2022 tetap berada dalam fase ekspansi. S&P Global melaporkan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Maret berada di posisi 51,3 atau naik tipis dibanding bulan sebelumnya di level 51,2.

Lebih lanjut, menurut catatan S&P Global, kenaikan PMI Manufaktur Indonesia pada bulan ketiga karena adanya produksi dan pesanan baru yang semakin meningkat. Industri manufaktur di dalam negeri terus meningkatkan produktivitasnya dalam upaya memenuhi kebutuhan pasar domestik dan eskpor.  

Selain itu, terjadi perbaikan kondisi bisnis di seluruh sektor manufaktur di Indonesia selama tujuh bulan berturut-turut. PMI Manufaktur Indonesia pada Maret mampu melampaui PMI Manufaktur Korea Selatan (51,2), Malaysia (49,6), Tiongkok (48,1), Rusia (44,1), serta di atas rata-rata ASEAN (50,8).

“Kami terus menjaga dan memacu agar sektor industri dapat berproduksi dengan baik dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, terutama pada bulan Ramadan dan Lebaran yang permintaannya akan meningkat,” kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta dalam keterangan resminya, Jumat (1/4/2022).

Ia menyampaikan, Kemenperin proaktif untuk memastikan pasokan dan distribusi terhadap produk industri berjalan baik sehingga sampai ke pasaran atau konsumen. “Pemerintah telah melaksanakan kebijakan strategis untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan produk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” tuturnya.

Menanggapi hasil PMI Manufaktur Indonesia pada bulan Maret, Jingyi Pan selaku Economics Associate Director IHS Markit menyampaikan, meski kenaikan output dan pesanan baru terlihat melambat karena menghadapi dampak Covid-19 yang masih ada, kepercayaan bisnis semakin meningkat tajam di antara perusahaan manufaktur Indonesia di tengah gelombang virus terkini yang mulai mereda.

“Sangat penting untuk mengamati apakah sentimen positif berarti pertumbuhan produksi yang lebih baik pada bulan-bulan mendatang. Selain itu, berita baiknya adalah kondisi ketenagakerjaan membaik pada bulan Maret, karena perusahaan tetap percaya diri dalam memperbesar kapasitas tenaga kerja mereka, untuk menampung persyaratan produksi berkelanjutan dan yang akan datang,” paparnya.