Kisah Perempuan di Industri, Hadapi Diskriminasi Upah hingga Jabatan

Humas CCEP
Direktur People and Culture Coca Cola Europacific Partners Lucia Karina.
21/4/2022, 13.49 WIB

Perempuan masih menghadapi diskriminasi gender di dunia kerja meskipun sebagian industri kini sudah banyak yang menekan hambatan tersebut. Beberapa tantangan itu diantaranya adalah diskirminasi upah hingga jabatan struktural.

Kondisi itu dikisahkan Plt Direktur People & Culture Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia, Lucia Karina dalam sesi wawancara bersama wartawan secara daring, Kamis (21/4). Sebagai lulusan Teknik sipil, Lucina mengawali karier dengan bekerja di beberapa perusahaan konstruksi.

Lucia mengatakan, dirinya pernah mengalami bekerja di perusahaan yang membedakan upah antara perempuan dan laki-laki. Selain itu, struktur sosial perusahaan membatasi jenjang karir perempuan untuk mencapai jabatan yang lebih tinggi.

“Perempuan sering dikatakan tidak bisa berpikir logis dan banyak menggunakan intuisi, sehingga tidak bisa berada di posisis strategis” ujarnya.

 Dia mengatakan, perempuan juga sering dianggap tidak bisa memegang fungsi manajemen. Padahal dalam rumah tangga, perempuan sudah terbiasa melakukan fungsi manajemen tersebut terhadap keluarga.

“Jika suami memikirkan hari ini makan apa, perempuan sudah berpikir apa yang harus dilakukan anak-anak besok, dan apa saja kebutuhannya, kata Lucia.

Lucia pun memilih untuk pindah dari perusahaan tersebut dan berkarier di tempat yang mendukung kesetaraan perempuan dan laki-laki. Dia akhirnya bisa menempati posisi manajerial di beberapa perusahaan.

Bahkan tak jarang dia menjadi manajer termuda di perusahaan tersebut. Bagi Lucia,pengembangan karier lebih  penting daripada sekedar mencari gaji yang besar.

“Jadi yang dikejar bukan hanya uang atau gaji, tapi yang dikejar adalah penambahan tanggung jawab sehingga dia bisa berkembang jauh lebih bagus lagi,”ujarnya.

Namun, diskriminasi gender tersebut tidak hanya beerasal dari dalam perusahaan. Lucia kembali menghadapi tantangan baru ketika harus membangun 500 rumah dalam jangka waktu tiga bulan bagi korban Tsunami Aceh pada 2005.

“Begitu tahu yang datang perempuan, para pekerjanya meninggalkan lapangan tersebut,” tuturnya.

Namun tekad Lucia tidak surut. Dia mencari pekerja lain yang mau bekerja sama dengannya. Strategi yang dipilih Lucina adalah menyerap tenaga kerja konstruksi asal Pulau Jawa yang berdiam di Medan. Setelah melihat kompetensi Lucia, tenaga kerja konstruksi lokal mulai kembali berpartisipasi. 

"Agustus, (Presiden) Susilo Bambang Yudhoyono datang. Kami selesaikan 600 unit rumah yang targetnya 500 unit," kata Lucina. 

Lucia meyakini banyak perempuan di dalam negeri yang mampu berkarir dan menembus level executive leadership. Saat ini, dirinya banyak melakukan proyek sukarela untuk membuka wawasan perempuan-perempuan di berbagai daerah terhadap kesetaraan gender.

 Pemberdayaan Perempuan di CCEP

Lucia mencatat saat ini kontribusi tenaga kerja perempuan di CCEP telah naik dari satu digit menjadi 11,5% pada akhir 2021. Dari angka tersebut, hampi 30% menduduki level manajerial, sedangkan 25% ada di level eksekutif. 

Menurut dia, hal tersebut dimungkinkan karena CCEP betul-betul memegang prinsip pemberdayaan perempuan. Lucia menilai penerapan prinsip pemberdayaan perempuan justru menjadi tantangan bagi perusahaan nasional. Pasalnya, kata Lucia, masih banyak manajemen perusahaan nasional yang tidak menempatkan perempuan pada posisi eksekutif dengan alasan perempuan umumnya tidak memiliki visi yang panjang. 

"Saya salah satu yang mendobrak perbedaan laki-laki dan perempuan di CCEP, baik dari sisi benefit maupun posisi. Misalnya ada perusahaan, kalau anak sakit menjadi tanggungan suaminya. Kenapa begitu? Toh itu anak bersama suami dan istri,"tuturnya.

Dia mengatakan, kinerja dan integritas sebaiknya menjadi tolak ukur bagi karyawan. Perusahaannya kini sudah menerapkan struktur gaji berbasis kinerja.

"Betul- betul kami berkomitmen, harus berdasarkan kinerja, bukan gender, termasuk disabilitas, kami tidak ada perbedaan," ujarnya.

 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 2,82 juta penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja memiliki jabatan manajerial. Dari 2,82 juta pekerja di jabatan manajerial, sebanyak 33,08% merupakan perempuan.

Reporter: Andi M. Arief