Ekspor Semen Makin Loyo Imbas Kenaikan Harga Batu Bara

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.
Sejumlah pekerja melakukan bongkar muat semen di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, Jumat (24/6/2022). Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada bulan Mei 2022 kembali mencatatkan surplus sebesar Rp132,2 triliun atau 0,74 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
29/6/2022, 16.03 WIB

Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menyatakan ekspor semen Indonesia periode Januari-Mei 2022 mencapai 313 juta ton, atau turun 28% secara tahunan. Penurunan ekspor tersebut dipengaruhi oleh kenaikan harga dan pasokan batu bara yang kurang memadai bagi industri semen.

Berdasarkan catatan Katadata, volume penjualan semen ekspor telah melandai sejak paruh kedua 2021. Pertumbuhan volume penjualan semen ekspor mulai negatif sejak kuartal IV/2021 hingga saat ini. 

"Masalah batu bara di industri semen betul-betul menurunkan program industri semen dalam mendobrak pasar ekspor untuk meningkatkan utilisasi pabrik," kata Ketua Umum ASI, Widodo Santoso, dalam keterangan resmi yang dikutip Rabu (29/6).

Widodo berpendapat bahwa kinerja ekspor menjadi penting bagi industri semen nasional. Pasalnya, penjualan di pasar internasional dapat meringankan beban oversupply yang menjadi masalah utama industri semen di dalam negeri. 

 Berdasarkan perhitungannya, saat ini industri semen domestik mengalami oversupply sebanyak 38 juta ton per tahun. Dengan demikian, utilisasi industri semen nasional hanya dapat mencapai sekitar 60% per tahun. 

Widodo mencatat utilisasi industri semen pada 2021 masih di level 67%. Artinya ada 38 juta ton kapasitas terpasang industri semen yang tidak digunakan alias oversupply.

Sementara itu, pertumbuhan konsumsi semen domestik pada Januari-Mei 2022 hanya sebesar 2% secara tahunan. Angka tersebut di bawah target ASI yang mencapai 5% secara tahunan pada Januari-Mei 2022.

ASI mendata total penjualan semen di pasar domestik pada Januari-Mei 2022 hanya 23,9 juta ton. Adapun, penjualan semen per Mei 2022 tercatat tumbuh 7,5% secara tahunan menjadi 3,96 juta ton. 

"Pada 2020, konsumsi semen drop tajam karena pandemi Covid-19, turun 10,5%. Untuk 2021, (penjualan semen) membaik, naik 5,9%. Untuk mencapai performa seperti 2019, konsumsi dalam negeri harus ada kenaikan sekitar 5%," kata Widodo Santoso.

Dengan demikian, total penjualan semen di dalam dan luar negeri pada Januari-Mei 2022 hanya 27,1 juta ton atau turun 7,2% secara tahunan. Widodo menilai penurunan tersebut disebabkan oleh sulitnya semen nasional bersaing di pasar domestik akibat isu batu bara di dalam negeri. 

 Widodo menilai isu oversupply masih akan membayangi kinerja industri semen tahun ini. Meskipun pemerintah telah berkomitmen untuk menghentikan penerbitan izin pabrik semen aru, kecuali untuk pendirian di wilayah Papua. 

Namun demikian, Widodo masih optimistis penjualan semen di dalam negeri dapat berakselerasi pada paruh kedua 2022. Sektor infrastruktur dinilai menjadi pendorong utamanya. 

"Kami yakin setelah Juni 2022, ini (proyek infrastruktur) sudah mulai bergerak naik (dan) bisa menutup kekurangan tersebut," kata Widodo. 

Menurut data survei geologis Amerika Serikat (AS) atau US Geological Survey, total produksi semen di seluruh dunia pada tahun 20021 mencapai 4,4 miliar metrik ton. Capaian ini meningkat 4,76% dari produksi tahun sebelumnya yang berjumlah 4,2 miliar metrik ton.

Reporter: Andi M. Arief