5 Produk dengan Kenaikan Impor Tertinggi, Ada Ampas Industri Makanan

ANTARA FOTO/ Wahyu Putro A/foc.
Petugas KM Doro Londa memberikan instruksi saat bersandar dengan latar belakang bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (19/5/2022). Neraca perdagangan Indonesia mencetak rekor baru surplus 7,56 miliar dolar AS pada April 2022 atau melampai rekor sebelumnya pada bulan Oktober 2021 sebesar 5,74 miliar dolar AS.
20/7/2022, 09.09 WIB

Surplus semester I 2022 pun menjadi surplus per semester yang terbesar dalam sejarah, mengungguli surplus semester I tahun
2007 yang sebesar US$ 20,15 miliar.

“Berbagai tantangan global yang kian masif tidak menyurutkan performa positif neraca perdagangan Indonesia. Secara historis, surplus perdagangan semester I 2022 merupakan surplus perdagangan semesteran terbesar sepanjang masa. Kondisi ini patut kita syukuri,” ujar Zulkifli.

Jika mengacu pada kinerja periode semester I 2022, surplus terbesar datang dari perdagangan dengan AS sebesar US$ 9,19 miliar, disusul India sebesar US$ 6,24 miliar, dan Filipina sebesar US$ 5,15 miliar. Ekspor CPO dan Produk Turunannya Topang Kinerja Ekspor Indonesia pada Juni 2022

Ekspor Indonesia pada Juni 2022 mencapai US$ 26,09 miliar atau naik sebesar 21,30 persen dibanding Mei 2022 (MoM) dan tumbuh 40,68 persen dari Juni 2021 (year-on-year/YoY). Ekspor migas dan nonmigas sama-sama mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 2,45 persen (MoM) dan 22,71 persen (MoM).

Penguatan kinerja ekspor terjadi pada seluruh sektor di Juni 2022. Sektor industri pengolahan menjadi sektor andalan dalam menyumbang ekspor Indonesia dengan tingkat pertumbuhan tertinggi sebesar 29,21 persen (MoM), disusul oleh sektor pertanian sebesar 23,30 persen (MoM) dan sektor pertambangan 6,22 persen (MoM).

Zulkifli menyampaikan, pertumbuhan ekspor industri pengolahan mengindikasikan semakin membaiknya kualitas ekspor Indonesia. Peningkatan ekspor Juni 2022 terutama disumbang oleh produk lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) yang meningkat sebesar 300,66 persen (MoM). Perbaikan ekspor juga ditopang oleh produk-produk yang bernilai tambah tinggi seperti timah dan produknya (HS 80), pakaian bukan rajutan (HS 62), dan makanan olahan (HS 21).

Halaman: