Peternak ayam melakukan aksi membagikan ayam gratis karena kecewa harganya di kandang anjlok hingga mencapai Rp 13.000 per kg. Padahal rata-rata harga ayam di tingkat konsumen atau pasar tradisional rata-rata mencapai Rp 34.300 per kg di tingkat nasional.
Perbedaan atau disparitas harga ayam tersebut disebabkan karena rantai distribusi yang panjang antara peternak dengan penjual di pasar tradissional. Salah satu pedagang daging ayam di Pasar Tradisional Pondok Labu, Ujang
Berdasarkan penelusuran Katadata.co.id di Pasar Tradisional Pondok Labu, Jakarta Selatan, harga daging ayam menyentuh Rp 36.000 per kg. Salah satu pedagang daging ayam, Ujang, harga ayam memang sempat turun di tingkat agen namun tidak signifikan.
Ujang mengatakan, adanya perbedaan harga daging ayam yang sangat signifikan antara peternak dengan penjual di pasar tradisional karena para pedagang harus melewati rantai distribusi yang panjang. Misalnya saja ayam yang dia dapatkan harus melewati empat tahap sebelum tiba di tangan konsumen.
Tahapan tersebut mulai dari peternak, pengepul atau tengkulak, agen atau perusahaan pemotong hewan, lalu pedagang di pasar tradisional yang menjual ayam potong ke konsumen rumah tangga.
“Kalau harga ayam yang dari peternaknya memang murah Rp 13.000 per kg, karena itu belum melewati prosesnya, kalau saya kan sebagai penjual harus melewati tengkulaknya dulu, belum lagi nanti diserahkan ke PT nya, jadi dari tangan ke tangan, makanya harga jual di pasar jauh lebih mahal, jadi saya tangan ke empat,” ujar Ujang di Pasar Pondok Labu, Jakarta, kepada Katadata.co.id, Jumat (30/09).
Harga daging ayam setelah kenaikan BBM
Ujang mengungkapkan, kenaikan harga BBM sempat membuat harga ayam melonjak jadi Rp 37.000 pr kg. Namun demikian, kenaikan harga tersebut tidak berlangsung lama.
“Pas kenaikan BBM kemarin, dampak kenaikannya cuma seminggu. Tapi sudah turun ke harga normal dan sampai saat ini belum ada perubahan harga lagi,” ujar Ujang.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia atau IKAPPI, Reynaldi Sarijowan, mengatakan adanya perbedaan harga daging ayam antara peternak dengan pedagang pasar karena harus melewati beberapa tahapan, ongkos, dan beban-beban lain yang mereka miliki.
Reynaldi juga mengatakan, harga daging ayam jika di pasaran menjual dengan harga Rp 34.000 sampai Rp 36.000 masih relatif normal dan belum terlihat adanya kenaikan harga.
“Saya kira turunnya harga ayam ke level Rp 34.000 masih normal, saya juga sempat check pedagang ayam, dan memang tidak bisa dipungkiri bahwa kenaikan BBM ini berpengaruh pada bahan pokok di dalam negeri, kecuali kalau dari peternaknya Rp 13.000 tapi dijualnya Rp 41.000 itu baru tidak normal,” ujar Reynaldi.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Nasional yang dikeluarkan Bank Indonesia, rata-rata nasional harga daging ayam ras segar mencapai Rp 34.300 per kg pada Jumat (30/9). Khusus di DKI Jakarta, rata-rata harga daging ayam ras segar di pasar tradisional mencapai Rp 34.650 per kg.
Harga daging ayam terendah berada di Gorontalo mencapai Rp 20.050 per kg, naik Rp 100 dari sebelumnya Rp 20.50 per kg. Sementara harga daging ayam tertinggi ada di Nusa Tenggata Timur yang mencapai Rp 47.850, mengalami penurunan dari sebelumnya Rp 48.300 per kg.
Reynaldi mengatakan, harga peternak bisa jauh lebih murah yang hanya mencapai Rp 13.000 karena para peternak juga sedang membersihkan gudang untuk persiapan panen ayam selanjutnya. Namun dia berharap, Kementerian Perdagangan bisa menstabilkan semua harga agar tidak ada lagi permasalahan-permasalahan anomali harga daging ayam antara para peternak dengan pedagang pasar tradisional.