Ancaman Resesi, Mendag: Peluang Genjot Ekspor ke Asia dan Timur Tengah

ANTARA FOTO/Didik Suhartono/tom.
Suasana aktivitas bongkar muat kontainer di PT Terminal Teluk Lamong, Surabaya, Jawa Timur, Senin (17/10/2022).
27/10/2022, 15.03 WIB

Kementerian Perdagangan atau Kemendag menilai ancaman resesi yang terjadi pada 2023 bisa menjadi peluang meningkatkan ekspor ke negara bagian Asia dan Timur Tengah. Pasalnya, negara-negara di wilayah tersebut cenderung masih tumbuh dibandingkan dengan negara barat seperti Amerika Serikat dan Eropa.

"Buat kita resesi ini jadikan peluang, memang dunia melambat terutama Barat. Tapi Asia Selatan itu 1,5 milyar orang. Uangnya ada, yang selama ini kita tidak liat peluagnya," ujar Menteri Perdagangan Zulkufli Hasan di acara Goto "Digital Maju", Jakarta, pada Kamis (27/10).

Pria yang kerap disapa Zulhas itu mengatakan bahwa pemerintah ke depan harus lebih menyusuri pasar ekspor non-tradisional, yakni India, Pakistan, Bangladesh, Afrika, Asia Selatan, Asia tengah, Afrika. Negara-negara tersebut sangat memiliki peluang untuk memberikan keuntungan bagi Indonesia.

"Kita seharusnya sekarang fokus untuk menyerbu pasar di Asia dan Timur Tengah," ujar Zulhas.

Di samping itu, Zulhas mengatakan pemerintah kini berkewajiban meningkatkan ekspor dalam rangka menjaga surplus perdagangan. Selain memperluas pasar ekspor, Kemendag juga kedepannya akan mendorong bisnis para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. Menurut dia, UMKM terbukti banyak menopang kinerja ekspor pada masa pandemi Covid-19. 

Sementara itu, nilai ekspor pada September 2022 ini turun sebanyak 10,99% dibanding Agustus 2022 menjadi US$ 24,80 miliar. Menurut Zulhas, penurunan nilai ekspor disebabkan turunnya permintaan dan harga komoditas di pasar global.

"Ditambah turunnya ekspor produk unggulan Indonesia," ujar Zulhas.

Namun demikian, Zulhas mengatakan, Kementerian Perdagangan optimistis untuk terus mendorong peningkatan ekspor pada tiga bulan terakhir. Dengan demikian, ekspor nonmigas tahun ini diharapkan dapat mencatat rekor tertinggi.

Buka pasar ekspor baru

Sementara itu, Zulhas menyarankan kepada para industri untuk tidak mengandalkan pasar tradisional barat saja, karena Amerika dan Eropa sedang mengalami keterlambatan ekonomi akibat dampak perang dagang Rusia-Ukraina.

"Maka kita buka pasar baru. Afrika itu satu miliar penduduknya, termasuk Mesir, Nigeria, Maroko, juga Asia Selatan. Jadi kita harus memperluas pasar dan ini jalan tolnya sudah saya buka," kata Zulhas.

Zulhas juga mengungkapkan, Kemendag sudah melakukan perjanjian melalui Uni Emirat Arab (UEA) sehingga Indonesia bisa melakukan ekspor ke UEA dengan tidak akan dipungut pajak atau bebas pajak.

"Mau kirim pakaian, alas kaki, makanan, hasil pertanian, bisa ke Afrika, ke Timur Tengah, jadi harus kembangkan pasar baru karena ini lagi perang perdagangan," ujar Zulhas.

Reporter: Nadya Zahira