Petinggi Toyota hingga IBC Ungkap 4 Tantangan Kendaraan Listrik di RI

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/wsj.
Petugas mengisi baterai mobil listrik yang akan digunakan oleh delegasi KTT G20 di Nusa Dua, Bali, Kamis (10/11/2022).
12/11/2022, 21.43 WIB

Saat ini, IBC mengupayakan pengembangan teknologi pembuatan baterai tanpa menggunakan lithium. Dengan begitu, Indonesia tidak lagi bergantung pada bahan baku impor. Selain itu, IBC juga mengkaji kandungan lithium yang terbawa dari sisa-sisa proses produksi listrik di pembangkit panas bumi.

“Kami lakukan riset agar tidak tergantung pada lithium atau kobalt ataupun dari graphite. Dari geothermal ada potensi. Kami kaji dulu karena terkiat jumlah dan produksinya,“ katanya.

4. Geopolitik

Masih terkait dengan rantai pasok, masalah geopolitik juga menjadi tantangan bagi pengembangan kendaraan listrik di Indonesia.

Executive Vice President Toyota Daihatsu Enginering Manufacturing Prasanna Ganesh, mengatakan bahwa permasalahan geopolitik bukan sesuatu yang baru. Jauh sebelum masalah Rusia dan Ukraina, sudah banyak permasalahan geopolitik yang terjadi setidaknya sepuluh tahun terakhir.

"Covid 19 dan perang di Ukraina, kita melihat lebih banyak fokus pada keamanan ekonomi, keamanan industri, keamanan energi, dan elemen-elemen semacam ini dan murni sebagai kebijakan industri,"katanya.

Menurutnya, kebijakan yang baru muncul menyebabkan pembatasan rantai pasok global.

 Laporan perusahaan riset teknologi Canalys mencatat, penjualan kendaraan listrik (electric vehicles/EV) secara global mencapai 4,16 juta unit pada semester I-2022. BYD Automotive merupakan produsen kendaraan listrik paling laris sepanjang semester I-2022 dengan pangsa pasar mencapai 15% secara global.

 

Halaman:
Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail