Alasan Produsen Minyak Goreng Setop Produksi Minyakita

ANTARA FOTO/Rony Muharrman/aww.
Pedagang memperlihatkan minyak goreng kemasan bersubsidi Minyakita di salah satu Pasar Tradisional di Pekanbaru, Riau, Selasa (7/2/2023). Guna mengatasi kelangkaan dipasaran, Kementerian Perdagangan akan melakukan penambahan pasokan minyak goreng subsidi Minyakita sebanyak 450 ribu ton dari sebelumnya 300 ribu ton.
8/2/2023, 10.12 WIB

Minyak goreng bersubsidi merek Minyakita saat ini langka dan harganya jauh di Harga Eceran Tertinggi. Plt Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia, Sahat Sinaga, mengatakan bahwa kelangkaan tersebut terjadi karena produsen sengaja tidak memproduksi Minyakita.

Menurut Sahat, produsen menyetop produksi Minyakita karena biaya produksinya lebih tinggi dibandingkan harga jualnya. Sebagai informasi, HET Minyakita ditetapkan senilai Rp 14.000 per liter atau Rp 15.500 per kg.

"Minyakita ini langka karena mereka tidak ada cuannya," ujar Sahat dalam Konferensi Pers Tantangan dan Perkembangan Industri Hilir Sawit 2023, di Kantor DMSI, Jakarta, Selasa (7/2).

Dia mengatakan, pemerintah juga tidak memberikan kompensasi atau subsidi terhadap produksi Minyakita tersebut. Alhasil produsen minyak sawit menjadi rugi.

Sahat mengatakan, kerugian yang dirasakan oleh produsen minyak goreng biasanya bisa ditutupi dengan adanya keuntungan dari ekspor minyak sawit. Namun, produsen minyak goreng atau pelaku usaha saat ini enggan untuk melakukan ekspor karena harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sedang turun di pasar global.

Apalagi eksportir harus membayar Bea Keluar dan pengutan ekspor. "Jadi untuk ekspor CPO sendiri mereka malas, karena harus ada BK dan harga CPO di pasar global sedang anjlok. Tapi kalau mereka tidak ekspor, tidak ada keuntungannya," ujarnya.

Oleh sebab itu, Sahat menyarankan Kementerian Keuangan gotong royong untuk membantu permasalahan ini. Hal itu dilakukan dengan menghapus Bea Keluar untuk sementara.

Halaman:
Reporter: Nadya Zahira