Produksi Minyak Sawit Indonesia Diprediksi 46 Juta Ton pada 2023-2024

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Ilustrasi, pekerja memuat hasil perkebunan kelapa sawit di Medang Sari, Kecamatan Arut Selatan, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Penulis: Agung Jatmiko
22/3/2023, 12.30 WIB

US Department of Agriculture (USDA) merilis laporan yang memprediksi produksi minyak sawit Indonesia mencapai 46 juta metrik ton (million metric tonne/MMT) selama 2023-2024.

Jumlah ini naik 3% dari periode sebelumnya, yakni 2022-2023, yang tercatat sebesar 44,7 MMT. Perkiraan peningkatan produksi ini dengan asumsi tidak ada perubahan cuaca yang ekstrem.

Laporan USDA juga menyebutkan area produksi kelapa sawit akan mencapai 14,5 juta hektar, dengan asumsi perluasan terbatas dan adanya upaya penanaman kembali berkelanjutan.

Berdasarkan data penjualan benih, estimasi areal belum menghasilkan terus bertambah menjadi 2,2 juta hektar pada 2024, dari 1,5 juta hektar pada 2020.

Sebagian besar benih digunakan oleh perkebunan skala besar. Sedangan jumlah yang lebih kecil digunakan untuk program peremajaan petani kecil atau diekspor. Sebagai informasi, program peremajaan petani mencapai 273.000 hektar dari 2016-2022.

Sementara, dari sisi konsumsi, USDA memperkirakan konsumsi minyak sawit Indonesia untuk periode 2023-2024 akan naik sebesar 5% menjadi 19,9 MMT dari 18,9 MMT pada periode2022-2023 karena meningkatnya penggunaan industri dan makanan.

Implementasi blending rate B35 baru secara resmi dimulai pada Februari 2023. Namun, Pertamina, akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyesuaikan infrastrukturnya di wilayah tertentu untuk mengakomodasi tarif baru tersebut, sehingga menunda implementasi penuh distribusi B35 sekitar 6 bulan.

Oleh karena itu, USDA merevisi penggunaan industri minyak sawit untuk periode 2022-2023 sebesar 12% menjadi 11,8 MMT. Ini dengan asumsi pemerintah Indonesia mempertahankan blending rate sebesar 35% dan pertumbuhan penggunaan bahan bakar sebesar 2%.

Kemudian, konsumsi minyak sawit untuk keperluan industri diperkirakan akan mencapai 12,7 MMT untuk periode 2023-24.

USDA mencatat industri biodiesel Indonesia lebih mengandalkan program pencampuran wajibnya sendiri daripada pasar ekspor. Pada 2022, industri hanya mengirimkan 4% dari volume produksi ke pasar ekspor karena harga minyak sawit bergerak di bawah harga gasoil pada semester kedua.

"Di sektor makanan, konsumsi minyak sawit diproyeksikan meningkat sebesar 100.000 MT menjadi 6,9 MMT untuk 2023/24, karena permintaan yang terus meningkat dari rumah tangga dan industri makanan," tulis laporan USDA, dikutip Rabu (22/3).