Bangun Industri Baterai, RI dan Australia Ingin Barter Nikel - Lithium

ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/foc.
Manajer Komunikasi PLN Wilayah Riau Kepri Tajuddin Nur melakukan pengisian daya baterai sebuah mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) PLN di Dumai, Riau, Jumat (31/3/2023).
7/7/2023, 18.57 WIB

Pemerintah membuka opsi barter komoditas barang tambang nikel dan lithium dengan Australia pada proyek kerja sama pengembangan industri baterai kendaraan listrik. Mekanisme perdagangan lewat tukar barang itu merupakan tindak lanjut dari kerja sama pengolahan mineral kritis untuk periode 2023-2025.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan bahwa kolaborasi Indonesia - Australia bertujuan untuk memperkuat sinergi dua negara dalam pengembangan industri baterai kendaraan listrik serta rantai pasok mineral kritis global.

"Pola kerja sama itu banyak, barter nikel dan lithium juga bisa. Tapi tergantung kebutuhan, bisnis kan prospeknya harus menguntungkan," kata Arifin di Kementerian ESDM pada Jumat (7/7).

Menurut Arifin, lithium merupakan mineral utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik selain nikel, mangan, dan kobalt. Dia menilai, pengembangan lithium di dalam negeri penting untuk mengerek inovasi pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik domestik.

"Sebagian besar bahan baku komponen baterai kita punya, tapi sebagian juga gak punya. Dan jika pihak lain mau kerja sama, maka pemerintah berupaya agar bisa saling melengkapi," ujar Arifin.

Melansir laporan Survei Geologi Amerika Serikat yang diterbitkan pada Januari 2023, Australia menambang 61.000 ton lithium pada 2022. Angka itu menyumbang 47% dari total produksi dunia.

Adapun sumber daya lithium yang teridentifikasi sebanyak 7,9 juta ton atau nomor empat terbesar dunia setelah Bolivia 21 juta ton, Argentina 20 juta ton, dan Chile 11 juta ton.

Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) telah menandatangani nota kesepahaman dengan pemerintah Australia Barat pada Selasa, 4 Juli lalu. Perjanjian yang tersebut mengenai rencana aksi pengolahan mineral kritis di Indonesia dan Australia.

Kesepakatan tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara dan kegiatan kunjungan Presiden Joko Widodo ke Australia untuk pertemuan tahunan dengan Perdana Menteri Australia.

Penandatanganan dilakukan oleh Ketua Umum KADIN Indonesia, Arsjad Rasjid, dan Premier of Western Australia, Hon Roger Cook MLA. Perjanjian tersebut mengenai rencana aksi pengolahan mineral kritis di Indonesia dan Australia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto turut hadir dan menyaksikan penandatanganan kesepakatan yang dilaksanakan di Sydney, Australia.

Duta Besar RI untuk Australia, Siswo Pramono, mengatakan kemitraan antara Indonesia dan Australia dapat membuka peluang besar di sektor mineral kritis, mengingat Australia Barat memiliki cadangan mineral yang melimpah untuk menghasilkan baterai kendaraan listrik.

Menurutnya, kedua negara dapat berkontribusi lebih besar pada rantai pasok global untuk suplai kebutuhan baterai dan mineral penting.

"Australia akan menjadi pemasok lithium dan Indonesia akan menjadi pemasok nikel, di mana keduanya merupakan komponen utama dalam produksi kendaraan listrik,” kata Siswo Pramono dalam siaran pers pada Selasa (4/7).

Sebelumnya, Presiden Joko Jokowi mengajak Pemerintah Australia untuk bermitra dalam mengembangkan industri baterai listrik di Indonesia. Alasannya, Australia memiliki satu jenis komoditas yang tidak dimiliki Indonesia, yakni lithium.

"Secara konsisten terus kami jalankan hilirisasi industrialisasi bahan-bahan mentah yang kami miliki. Pesan kami kepada Perdana Menteri Albanese, untuk lithiumnya bisa dibawa ke Indonesia saja," kata Presiden Jokowi dalam menurup B20 Indonesia Summit 2022, Senin (14/11/2022).

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu