Pada 2023, Program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) menargetkan ada 125.000 rumah tangga penerima bantuan se-Indonesia. Peningkatan alokasi BPBL salah satunya dirasakan warga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, naik menjadi 1.000 dari 103 penerima manfaat pada 2022.
Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Wanhar mengatakan, peningkatan alokasi BPBL tahun ini juga akan dirasakan masyarakat di Kepulauan Riau, menjadi 2.000 dari 631 penerima manfaat BPBL pada 2022.
Wanhar menuturkan, program BPBL diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup dan kemandirian masyarakat. Melalui akses listrik sendiri, masyarakat penerima manfaat BPBL diharapkan tidak lagi tergantung kepada penyediaan listrik dari tetangga.
Senada, Anggota Komisi VII DPR RI Bambang Patijaya menuturkan, BPBL merupakan salah satu program prioritas yang mendapatkan perhatian serius dari Komisi VII DPR RI. Program ini memberi dampak langsung kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya rumah tangga kurang mampu.
"Mudah-mudahan BPBL ini penyemangat bagi kita untuk membuat kesejahteraan ekonomi masyarakat meningkat," ujarnya, dikutip dari keterangan resmi, Senin (28/8).
Program BPBL periode 2023 meliputi instalasi tenaga listrik dan biaya pemasangan, biaya sertifikasi laik operasi (SLO), biaya penyambungan (BP) baru ke PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebagai pelanggan golongan tarif 900 VA, serta pengisian token listrik perdana senilai Rp100.000.
Program BPBL sejauh ini mendapatkan sambutan positif dari masyarakat. Hal ini diutarakan Jefri (38) warga Kampung Mentigi, Kecamatan Bintan Utara, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Jefri adalah penerima manfaat BPBL periode 2022.
“Saya bersyukur mendapat bantuan ini. Sebelumnya, listrik saya menyalur ke rumah orang tua,” tuturnya. “Senang,” jawabnya singkat sembari tersenyum saat ditanya apa yang dirasakan setelah mendapatkan BPBL.
Ungkapan rasa senang turut disampaikan dua warga Desa Kurau Timur, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung. Mereka adalah Tati (54) dan Rosyadi (33), keduanya adalah penerima BPBL periode 2022.
"Program BPBL ini sangat membantu saya yang sendirian membesarkan seorang anak setelah suami meninggal tahun lalu," ujar Tati. Sebelumnya, dia biasa menyalur listrik dari rumah keponakannya.
Rosyadi turut merasakan hal sama dengan Tati. Dia mengaku senang saat ditanya mengenai perasaannya setelah memiliki listrik sendiri dari pemerintah.
BPBL diharapkan benar-benar bermanfaat bagi masyarakat karena mereka bisa menikmati listrik untuk kebutuhan sehari-hari, penerangan, komunikasi, televisi, pendidikan. Termasuk pula untuk menjalankan kegiatan ekonomi mikro sehingga menjadi pemicu peningkatan ekonomi masyarakat.
Listrik merupakan salah satu kebutuhan yang vital bagi kehidupan masyarakat. Ketersediaan listrik yang cukup, andal, ramah lingkungan, dan harga terjangkau menjadi perhatian pemerintah terutama Kementerian ESDM.
Menuju pencapaian target Rasio Elektrifikasi (RE) 100 persen maka pemerintah terus melaksanakan pembangunan jaringan listrik. Ini bertujuan agar masyarakat seluruh Indonesia dapat menikmati akses listrik, termasuk mereka yang di daerah terluar, terdepan dan tertinggal (3T).
Sejauh ini, terus ada rumah tangga yang belum memiliki jaringan listrik sendiri karena tidak sanggup membayar biaya yang harus dikeluarkan untuk menjadi pelanggan PT PLN (Persero). Terutama adalah ongkos pemasangan instalasi listrik, biaya Sertifikasi Laik Operasi (SLO) dan Biaya Penyambungan (BP) PT PLN (Persero).
Hal itu yang mendorong Kementerian ESDM bersama dengan DPR RI menginisiasi BPBL. Program ini bertujuan memberikan bantuan penyambungan listrik gratis kepada rumah tangga yang tidak mampu dan belum memiliki jaringan listrik sendiri.
Program BPBL dimulai sejak 2022, sejauh ini berhasil memberi bantuan kepada 80.183 rumah tangga dari target awal 80.000. BPBL tahun ini targetnya meningkat menjadi 125.000 penerima manfaat tersebar di 32 Provinsi.