Produsen kendaraan listrik asal Vietnam, VinFast, berencana ekspansi ke tujuh negara di Asia, termasuk Indonesia. Perusahaan akan mulai menjual produknya di Indonesia pada 2024 dan membangun pabrik pada 2026.
Dalam keterbukaan informasi kepada regulator Bursa Amerika Serikat, VinFast menyatakan akan menginvestasikan US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 18,4 triliun di pasar Indonesia dalam jangka panjang. Menurut laporan Reuters, sekitar US$ 200 juta atau Rp 3,07 triliun dari investasi tersebut akan dialokasikan untuk pembangunan pabrik di Indonesia. Pabrik kendaraan listrik itu akan mulai berproduksi pada 2026 dan memiliki kapasitas 30.000 hingga 50.000 unit per tahun.
Indonesia sebagai perekonomian terbesar di Asia Tenggara menjadi magnet bagi para produsen kendaraan listrik global. Pasalnya, Indonesia memiliki cadangan bijih nikel terbesar di dunia. Nikel merupakan bahan baku untuk memproduksi baterai kendaraan listrik.
VinFast baru saja mencatatkan sahamnya di Nasdaq pada Agustus lalu. Valuasi perusahaan otomotif itu telah mencapai US$ 85 miliar pada saat pencatatan perdana saham atau initial public offering (IPO). Valuasi VinFast ini melampaui valuasi Ford yang sebesar US$ 48 miliar dan GM yang sebesar US$ 46 miliar. Selain berencana ekspansi ke Indonesia, VinFast akan masuk ke pasar India, Malaysia, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin.
Rencana ekspansi VinFast di Indonesia semakin meramaikan pasar kendaraan listrik di dalam negeri. Sebelumnya sudah ada Hyundai Motor Group dari Korea Selatan yang membangun pabrik kendaraan listrik dan baterai kendaraan listrik senilai US$ 1,5 miliar. Selain itu, ada produsen kendaraan listrik asal Cina, Wuling Motor yang telah mengucurkan dana US$ 1 miliar untuk pembangunan pabrik kendaraan listrik dan rantai pasoknya.
Pemerintah juga meraih sejumlah komitmen investasi dari produsen otomotif global lainnya yang mengincar rantai pasok kendaraan listrik di Indonesia. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio N. Kacaribu menyebut pemerintah telah berhasil mengamankan komitmen investasi di bidang rantai pasok kendaraan listrik senilai US$ 20,3 miliar atau sekitar Rp 304,5 triliun untuk periode 2021-2024. Sekitar US$ 15 miliar dari total komitmen itu merupakan investasi di sektor baterai kendaraan listrik.