Jalur kemitraan yang melibatkan perusahaan perkebunan kelapa sawit mampu mempercepat program peremajaan sawit rakyat (PSR). Program PSR di berbagai daerah di Indonesia bertujuan meningkatkan volume dan kualitas produksi tandan buah segar (TBS) sawit.
Melalui PSR, para petani diharapkan bisa bekerja sama dengan perusahaan mitra dalam penyediaan bibit, penanaman kembali (replanting), dan pendampingan budi daya. Salah satu program PSR jalur kemitraan dilakukan PT Buana Wiralestari Mas terhadap petani yang tergabung di dalam Koperasi Berkat Ridho Mitra.
Penanaman perdana yang dilakukan perusahaan grup Sinar Mas Agribusiness and Food yang berlokasi di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau tersebut melibatkan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) pada 18 September 2023.
Menurut pemaparan Feredy selaku CEO Sinar Mas Agribusiness and Food wilayah Riau, pihaknya menyelenggarakan program PSR pola kemitraan strategis atau inclusive closed loop model.
“Kami mendukung para petani mitra dari tahap pengumpulan dokumen, pengajuan program PSR, verifikasi oleh surveyor, hingga proses pencairan dana. Kami juga menyediakan bibit berkualitas, membantu persiapan lahan, serta melakukan transfer pengetahuan good agricultural practice atau cara budi daya yang baik,” ujar Feredy dikutip dari siaran pers, Kamis (21/9).
Sinar Mas Agribusiness and Food terlibat aktif di dalam percepatan PSR bersama para petani swadaya sejak 2014. Total lahan PSR di Riau yang dikelola langsung perusahaa kini sekitar 4.200 hektar, melibatkan 1.880 petani.
Perusahaan juga menjalin kemitraan dengan lebih dari 16.300 petani dengan total luas lahan 32.700 hektar. Pada 2023, perusahaan menargetkan program PSR seluas 3.884 hektar.
Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Andi Nur Alam Syah merespons baik jalur kemitraan dalam program PSR. Menurutnya, cara ini dapat mempercepat pencapaian target PSR.
“Untuk Riau sudah diberikan target PSR sekitar 10 ribu hektar, baik itu melalui jalur kemitraan bersama dengan perusahaan negara maupun swasta, kemudian melalui jalur Dinas Perkebunan,” ujarnya.
Andi menjelaskan, sebanyak 42 persen perkebunan sawit di Indonesia dikelola para petani swadaya. Tapi, produktivitas yang rendah bisa menjadi ancaman industri sawit pada masa mendatang.
Oleh karena itu, program PSR perlu lebih digencarkan secara lebih luas untuk meningkatkan produktivitas. “Saya berharap, perusahaan-perusahaan kelapa sawit bisa memberikan transfer teknologi, pengetahuan budi daya, akses pasar, dan pemetaan kepada para petani binaannya,” tutur Andi.
Salah satu mitra Sinar Mas Agribusiness and Food yang merasakan manfaat dari program PSR adalah Koperasi Berkat Ridho Bersama. Hasil panen TBS koperasi yang semula berkisar 10 ton per hektar per tahun lantas naik dua kali lipat menjadi 23,43 ton per hektar per tahun pada rata-rata usia tanaman 6 tahun.
Pada usia tanaman 10-20 tahun, potensi produksi bahkan bisa mencapai 30 ton per hektar per tahun. Pencapaian ini berpengaruh kepada keuntungan hasil produksi.
Ketua Koperasi Berkat Ridho Bersama Misdan mengatakan, PSR jalur kemitraan yang dijalin bersama Sinar Mas Agribusiness and Food membantu koperasinya berkembang. Pasalnya, produktivitas lahan petani yang tergabung di dalam program PSR jalur kemitraan ini semakin membaik.
“Dulu, cara pengelolaan lahan kami tak memenuhi standar agronomi sehingga hasil produksinya pun rendah,” ujar Misdan.
Pendampingan dalam berbagai tahap bukan satu-satunya keuntungan yang diperoleh para petani mitra. Manfaat lain adalah penyerapan hasil TBS sesuai harga yang ditetapkan pemerintah.
Misdan merasakan taraf ekonomi yang semakin baik setelah mengikuti program PSR jalur kemitraan bersama Sinar Mas Agribusiness and Food. Dia berharap, program ini dapat semakin baik dan semakin banyak petani yang terlibat.
Jalur kemitraan yang melibatkan perusahaan perkebunan kelapa sawit mampu mempercepat program peremajaan sawit rakyat (PSR). Program PSR di berbagai daerah di Indonesia bertujuan meningkatkan volume dan kualitas produksi tandan buah segar (TBS) sawit.
Melalui PSR, para petani diharapkan bisa bekerja sama dengan perusahaan mitra dalam penyediaan bibit, penanaman kembali (replanting), dan pendampingan budi daya. Salah satu program PSR jalur kemitraan dilakukan PT Buana Wiralestari Mas terhadap petani yang tergabung di dalam Koperasi Berkat Ridho Mitra.
Penanaman perdana yang dilakukan perusahaan grup Sinar Mas Agribusiness and Food yang berlokasi di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau tersebut melibatkan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) pada 18 September 2023.
Menurut pemaparan Feredy selaku CEO Sinar Mas Agribusiness and Food wilayah Riau, pihaknya menyelenggarakan program PSR pola kemitraan strategis atau inclusive closed loop model.
“Kami mendukung para petani mitra dari tahap pengumpulan dokumen, pengajuan program PSR, verifikasi oleh surveyor, hingga proses pencairan dana. Kami juga menyediakan bibit berkualitas, membantu persiapan lahan, serta melakukan transfer pengetahuan good agricultural practice atau cara budi daya yang baik,” ujar Feredy dikutip dari siaran pers, Kamis (21/9).
Sinar Mas Agribusiness and Food terlibat aktif di dalam percepatan PSR bersama para petani swadaya sejak 2014. Total lahan PSR di Riau yang dikelola langsung perusahaa kini sekitar 4.200 hektar, melibatkan 1.880 petani.
Perusahaan juga menjalin kemitraan dengan lebih dari 16.300 petani dengan total luas lahan 32.700 hektar. Pada 2023, perusahaan menargetkan program PSR seluas 3.884 hektar.
Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Andi Nur Alam Syah merespons baik jalur kemitraan dalam program PSR. Menurutnya, cara ini dapat mempercepat pencapaian target PSR.
“Untuk Riau sudah diberikan target PSR sekitar 10 ribu hektar, baik itu melalui jalur kemitraan bersama dengan perusahaan negara maupun swasta, kemudian melalui jalur Dinas Perkebunan,” ujarnya.
Andi menjelaskan, sebanyak 42 persen perkebunan sawit di Indonesia dikelola para petani swadaya. Tapi, produktivitas yang rendah bisa menjadi ancaman industri sawit pada masa mendatang.
Oleh karena itu, program PSR perlu lebih digencarkan secara lebih luas untuk meningkatkan produktivitas. “Saya berharap, perusahaan-perusahaan kelapa sawit bisa memberikan transfer teknologi, pengetahuan budi daya, akses pasar, dan pemetaan kepada para petani binaannya,” tutur Andi.
Salah satu mitra Sinar Mas Agribusiness and Food yang merasakan manfaat dari program PSR adalah Koperasi Berkat Ridho Bersama. Hasil panen TBS koperasi yang semula berkisar 10 ton per hektar per tahun lantas naik dua kali lipat menjadi 23,43 ton per hektar per tahun pada rata-rata usia tanaman 6 tahun.
Pada usia tanaman 10-20 tahun, potensi produksi bahkan bisa mencapai 30 ton per hektar per tahun. Pencapaian ini berpengaruh kepada keuntungan hasil produksi.
Ketua Koperasi Berkat Ridho Bersama Misdan mengatakan, PSR jalur kemitraan yang dijalin bersama Sinar Mas Agribusiness and Food membantu koperasinya berkembang. Pasalnya, produktivitas lahan petani yang tergabung di dalam program PSR jalur kemitraan ini semakin membaik.
“Dulu, cara pengelolaan lahan kami tak memenuhi standar agronomi sehingga hasil produksinya pun rendah,” ujar Misdan.
Pendampingan dalam berbagai tahap bukan satu-satunya keuntungan yang diperoleh para petani mitra. Manfaat lain adalah penyerapan hasil TBS sesuai harga yang ditetapkan pemerintah.
Misdan merasakan taraf ekonomi yang semakin baik setelah mengikuti program PSR jalur kemitraan bersama Sinar Mas Agribusiness and Food. Dia berharap, program ini dapat semakin baik dan semakin banyak petani yang terlibat.
Jalur kemitraan yang melibatkan perusahaan perkebunan kelapa sawit mampu mempercepat program peremajaan sawit rakyat (PSR). Program PSR di berbagai daerah di Indonesia bertujuan meningkatkan volume dan kualitas produksi tandan buah segar (TBS) sawit.
Melalui PSR, para petani diharapkan bisa bekerja sama dengan perusahaan mitra dalam penyediaan bibit, penanaman kembali (replanting), dan pendampingan budi daya. Salah satu program PSR jalur kemitraan dilakukan PT Buana Wiralestari Mas terhadap petani yang tergabung di dalam Koperasi Berkat Ridho Mitra.
Penanaman perdana yang dilakukan perusahaan grup Sinar Mas Agribusiness and Food yang berlokasi di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau tersebut melibatkan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) pada 18 September 2023.
Menurut pemaparan Feredy selaku CEO Sinar Mas Agribusiness and Food wilayah Riau, pihaknya menyelenggarakan program PSR pola kemitraan strategis atau inclusive closed loop model.
“Kami mendukung para petani mitra dari tahap pengumpulan dokumen, pengajuan program PSR, verifikasi oleh surveyor, hingga proses pencairan dana. Kami juga menyediakan bibit berkualitas, membantu persiapan lahan, serta melakukan transfer pengetahuan good agricultural practice atau cara budi daya yang baik,” ujar Feredy dikutip dari siaran pers, Kamis (21/9).
Sinar Mas Agribusiness and Food terlibat aktif di dalam percepatan PSR bersama para petani swadaya sejak 2014. Total lahan PSR di Riau yang dikelola langsung perusahaa kini sekitar 4.200 hektar, melibatkan 1.880 petani.
Perusahaan juga menjalin kemitraan dengan lebih dari 16.300 petani dengan total luas lahan 32.700 hektar. Pada 2023, perusahaan menargetkan program PSR seluas 3.884 hektar.
Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Andi Nur Alam Syah merespons baik jalur kemitraan dalam program PSR. Menurutnya, cara ini dapat mempercepat pencapaian target PSR.
“Untuk Riau sudah diberikan target PSR sekitar 10 ribu hektar, baik itu melalui jalur kemitraan bersama dengan perusahaan negara maupun swasta, kemudian melalui jalur Dinas Perkebunan,” ujarnya.
Andi menjelaskan, sebanyak 42 persen perkebunan sawit di Indonesia dikelola para petani swadaya. Tapi, produktivitas yang rendah bisa menjadi ancaman industri sawit pada masa mendatang.
Oleh karena itu, program PSR perlu lebih digencarkan secara lebih luas untuk meningkatkan produktivitas. “Saya berharap, perusahaan-perusahaan kelapa sawit bisa memberikan transfer teknologi, pengetahuan budi daya, akses pasar, dan pemetaan kepada para petani binaannya,” tutur Andi.
Salah satu mitra Sinar Mas Agribusiness and Food yang merasakan manfaat dari program PSR adalah Koperasi Berkat Ridho Bersama. Hasil panen TBS koperasi yang semula berkisar 10 ton per hektar per tahun lantas naik dua kali lipat menjadi 23,43 ton per hektar per tahun pada rata-rata usia tanaman 6 tahun.
Pada usia tanaman 10-20 tahun, potensi produksi bahkan bisa mencapai 30 ton per hektar per tahun. Pencapaian ini berpengaruh kepada keuntungan hasil produksi.
Ketua Koperasi Berkat Ridho Bersama Misdan mengatakan, PSR jalur kemitraan yang dijalin bersama Sinar Mas Agribusiness and Food membantu koperasinya berkembang. Pasalnya, produktivitas lahan petani yang tergabung di dalam program PSR jalur kemitraan ini semakin membaik.
“Dulu, cara pengelolaan lahan kami tak memenuhi standar agronomi sehingga hasil produksinya pun rendah,” ujar Misdan.
Pendampingan dalam berbagai tahap bukan satu-satunya keuntungan yang diperoleh para petani mitra. Manfaat lain adalah penyerapan hasil TBS sesuai harga yang ditetapkan pemerintah.
Misdan merasakan taraf ekonomi yang semakin baik setelah mengikuti program PSR jalur kemitraan bersama Sinar Mas Agribusiness and Food. Dia berharap, program ini dapat semakin baik dan semakin banyak petani yang terlibat.