Masalah 'Telur-Ayam' Kendaraan Listrik, Ini Kata Hyundai dan Wuling

Katadata/Moh Zaenal Affani
Katadata SAFE 2023 membahas Building a Sustainable Ecosystem for EV Production dengan pembicara Dian Asmahani - Marketing Director Wuling Motors Indonesia, Hendi Priyo Santoso - President Director Mining Industry Indonesia (MIND ID) dan Roy A. Arfandy - President Director Harita Nickel, Selasa (26/9).
Penulis: Happy Fajrian
26/9/2023, 19.40 WIB

Infrastruktur penunjang ekosistem kendaraan listrik, terutama keberadaan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) dinilai bukan syarat utama untuk mendorong penggunaan kendaraan bebas emisi.

Marketing Director Wuling Motors Indonesia Dian Asmahani mengatakan bahwa hubungan charging station dengan kendaraan listrik layaknya ayam dengan telur, dalam artian, apakah charging station harus ada terlebih dahulu agar pengguna kendaraan listrik bertambah, atau sebaliknya.

Menurutnya, belum masifnya infrastruktur SPKLU di Indonesia menjadi salah satu faktor yang membuat masyarakat merasa takut kehabisan daya saat di perjalanan. Namun berdasarkan survei yang Wuling lakukan, 80% pengguna kendaraan listrik mengisi daya di rumah dengan home charging.

“Kalau dibilang penghalang, ya itu salah satu deal breaker buat konsumen untuk beralih ke EV (electric vehicle). Tapi pada saat mereka sudah membeli, sebenarnya 80% nge-charge-nya di rumah,” ujarnya dalam acara Katadata Sustainable Action for Future Economy (SAFE) 2023 di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Selasa (26/9).

Dia menambahkan bahwa keberadaan SPKLU memang membuat orang merasa lebih aman menggunakan kendaraan listrik, terutam ketika mereka kehabisan baterai saat di perjalanan. Namun menurutnya dalam hal ini masyarakat hanya memikirkan worst case penggunaan kendaraan listrik.

Meski begitu, Dian menilai infrastruktur SPKLU sudah cukup banyak di Indonesia. Sehingga ada faktor lain yang membuat penetrasi kendaraan listrik di Indonesia masih rendah, salah satunya yaitu terkait keamanan baterai.

“Pada kenyataannya pengguna mobil listrik sebenarnya tidak 100% itu nge-charge-nya di SPKLU. Apalagi pengisiannya butuh waktu sekitar 2-3 jam tergantung kapasitas baterai dan charging station-nya,” kata dia.

Senada, Chief Operating Officer Hyundai Motors Indonesia Fransiscus Soerjopranoto membenarkan situasi chicken and egg antara infrastruktur kendaraan listrik dengan kendaraan listriknya sendiri. “Apakah mobilnya dulu atau charging station dulu yang ada,” ujarnya pada acara yang sama.

Menurut dia, charging station adalah industri yang berbeda dengan industri kendaraan listrik. Oleh karena itu, Hyundai turut aktif dalam mengembangkan charging station atau SPKLU, untuk sedikit demi sedikit mengurangi kecemasan masyarakat kehabisan baterai saat di jalan.

“Kami investasi lagi. Kami punya yang namanya AC charger untuk wall charger di rumah-rumah, kami juga punya yang di fasilitas umum, seperti di mall, di dealer-dealer kami. Bahkan ada yang ultra fast yang bisa men-charge dari kapasitas baterai 20% sampai 80% hanya dalam 18 menit,” kata dia.

Menurut Fransiscus, EV adalah game changer, sehingga kalau tidak didorong oleh pemerintah, maka industri kendaraan listrik tidak akan berkembang di Indonesia.