Mendag Tak akan Buka Keran Impor Bawang Merah Meski Harganya Melonjak

ANTARA FOTO/Media Center KTT ASEAN 2023/Akbar Nugroho Gumay/foc.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memperkirakan, harga bawang merah turun pada pekan depan.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
25/4/2024, 13.50 WIB

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menegaskan tidak akan mengimpor bawang merah meski harganya tengah melonjak. Zulkifli meyakini, kebutuhan stok bawang merah nasional sudah dapat dipenuhi petani lokal.

Badan Pangan Nasional memproyeksi produksi bawang merah di dalam negeri mencapai 1,41 juta ton. Sementara itu, total konsumsi bawang merah tahun ini diperkirakan sejumlah 1,15 juta ton.

"Minggu depan juga mudah-mudahan harga bawang merah sudah turun. Bawang merah enggak boleh ada impor. Mau harga bawang merah naik atau tidak, kita bisa tanam sendiri, tidak ada impor bawang merah," kata Zulkifli di kantornya, Kamis (25/4).

Zulkifli mengingatkan, pemerintah akan langsung menindak pihak yang mengimpor bawang merah. Bawang merah dan bawang putih merupakan dua bahan pangan yang terus menunjukkan tren pertumbuhan harga setelah Lebaran 2024.

Bapanas mendata rata-rata nasional harga bawang merah telah mencapai Rp 53.500 per kg hari ini, Kamis (25/4). Rata-rata harga bawang merah di DKI Jakarta telah naik Rp 31.230 per kg selama 25 hari terakhir menjadi Rp 72.340 per kg.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Isy Karim memproyeksikan, harga bawang merah baru dapat turun pada kuartal ketiga tahun ini. Walau demikian, Isy menilai penurunan harga bawang merah dapat terjadi lebih cepat lantaran penyebab kenaikan harga bersifat sementara.

"Harga bawang merah naik memang karena banjir di Brebes, Jawa Tengah. Penurunan harga bawang merah akan tergantung dari stok. Kenaikan ini temporer saja kok, tidak akan terlalu lama," kata Isy.

Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa sebelumnya menjelaskan, hujan ekstrem di Jawa Tengah menjadi penyebab utama kenaikan harga bawang merah bulan ini. Hujan berdampak pada 7.500 hektare lahan bawang merah.

Ketut mendata, seluas 2.500 hektare lahan bawang merah terendam akibat hujan ekstrem. Hal tersebut membuat pasokan bawang merah ke Pasar Induk Kramat Jati susut 38,78% menjadi 60 ton.

"Harga bawang merah memang disebabkan beberapa hal. Di samping hujan, harga dipengaruhi keterbatasan tenaga kerja untuk memanen," kata Ketut dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah 2024, Senin (22/4).

Ia menyampaikan, Jawa Tengah menjadi salah satu daerah produsen bawang merah paling terdampak. Untuk diketahui, Jawa Tengah menjadi daerah produsen bawang merah terbesar di dalam negeri atau hingga 556.000 ton.

Badan Pusat Statistik mendata, 10 total provinsi produsen bawang merah di dalam negeri, yakni Jawa Tengah, Jawa Timur sebesar 478.000 ton, Sumatra Barat sejumlah 207.000 ton, Nusa Tenggara Barat sejumlah 201.000 ton, Jawa Barat sejumlah 193.000 ton, Sulawesi Selatan sejumlah 175.000 ton, Sumatra Utara sejumah 64.000 ton, Bali sejumlah 31.000 ton, DI Yogyakarta sejumlah 22.000 ton, dan Jambi sejumlah 16.000 ton.

Ia memaparkan, harga bawang merah di tingkat produsen telah mencapai Rp 33.800 per kg kemarin, Minggu (21/4). Angka tersebut lebih tinggi 27% dari HAP bawang merah batas atas tingkat produsen senilai Rp 30.000 per kg.

Ketut menunjukkan, harga bawang merah di tingkat produsen pertama kalinya menembus HAP bawang merah tingkat bawah senilai Rp 25.000 per kg pada minggu kedua Maret 2024. Harga bawang merah terakhir kali menembus HAP tingkat bawah adalah pada Mei 2022.

Ia mengaku, pemerintah telah melakukan subsidi distribusi bawang merah, yakni dari Brebes, Jawa Tengah ke Kalimantan Timur dan dari Solok, Sumatra Barat ke Pasar Induk Kramat Jati.

Reporter: Andi M. Arief