Jokowi Tugaskan Bahlil Bangun Kebun Tebu dan Pabrik di Merauke

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/nym.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mendapat tugas untuk mengejar swasembada pangan.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
26/4/2024, 12.58 WIB

Presiden Joko Widodo menunjuk Menteri Investasi Bahlil Lahadalia sebagai Ketua Satuan Tugas Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol. Upaya untuk mengejar swasembada tersebut akan dilakukan di Merauke, Papua Selatan.

Presiden Jokowi menyatakan penunjukan tersebut merupakan bagian dari implementasi Peraturan Presiden No. 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional. Menurutnya, percepatan tersebut perlu dilakukan melalui mekanisme Proyek Strategis Nasional atau Kawasan Ekonomi Khusus.

"Perlu dikembangkan suatu kawasan pengembangan swasembada gula dan bioetanol di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan," seperti tertulis dalam Keppres No. 15 Tahun 2024 yang dikutip Jumat (26/4).

Perpres No. 40 Tahun 2023 menyatakan pengembangan swasembada gula nasional diperlukan untuk memperbaiki kesejahteraan petani tebu di dalam negeri. Pada saat yang sama, target tersebut harus dipenuhi untuk mewujudkan ketahanan energi dan implementasi energi bersih.

Keppres tersebut secara umum menugaskan empat tugas kepada Bahlil. Pertama, pengelolaan lahan untuk kebun tebu. Jokowi menugaskan Bahlil untuk menginventarisasi, mengidentifikasi dan memfasilitasi lahan di Merauke untuk keperluan produksi tebu di Merauke.

Kedua, fasilitasi izin usaha tebu terintegrasi. Kepala Negara menginstruksikan Bahlil untuk menyelesaikan semua administrasi pertanahan untuk kebun tebu di Merauke dan memfasilitasi pelaku usaha untuk memanfaatkan lahan di sana.

Ketiga, Bahlil ditugaskan untuk memberikan fasilitas investasi bagi investor kebun tebu di Kota Rusa untuk mempercepat pembangunan kebun tebu tersebut. Adapun kebun tersebut harus terintegrasi dengan fasilitas produksi bioetanol.

Keempat, pemberdayaan masyarakat lokal di sekitar lokasi perkebunan tebu yang terintegrasi dengan industri bioetanol. Oleh karena itu, Bahlil akan mengkoordinasikan kementerian dan lembaga dalam menyediakan sarana dan prasarana penunjang dan izin usaha perkebunan tebu dan pabrik bioetanol di Merauke.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, Dadan Kusdiana, sebelumnya mengatakan, produksi bioetanol akan berasal dari etanol hasil olahan molasses yang merupakan produk sampingan dari produksi gula.

Saat memproduksi gula, cairan dari tebu akan diekstraksi dan dipanaskan hingga menjadi kristal. Molasses adalah cairan kental berwarna hitam dengan konsistensi seperti sirup yang tertinggal saat kristalisasi cairan tebu selesai.

Dadan Kusdiana mengatakan bahwa saat ini terdapat sebelas badan usaha bahan bakar nabati atau BU BBN penghasil etanol yang tergabung dalam Asosiasi Penyalur Spiritus dan Etanol Indonesia (Apsendo).

Gabungan sebelas BU BBN itu sanggup memproduksi etanol hingga potensi kapasitas 337.500 kiloliter (KL). Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dari selisih kemampuan produksi bioetanol domestik untuk bahan bakar kendaraan atau fuel grade dari tiga produsen berkapasitas 40.000 KL.

Produksi tersebut berasal dari dua pabrik di wilayah Jawa Timur, yakni 30.000 KL dari PT Energi Agro Nusantara (Enero) di Kabupaten Mojokerto dan 10.000 KL dari PT Molindo Raya Industrial di Kabupaten Malang.



Reporter: Andi M. Arief