Survei: Ritel yang Menyasar Kelas Menengah Paling Tertekan akibat Daya Beli Lesu

ANTARA FOTO/Novrian Arbi/Spt.
Ilustrasi.
Penulis: Agustiyanti
12/9/2024, 19.32 WIB

Survei yang dirilis lembaga konsultan properti, Knight Frank Indonesia menunjukkan sektor ritel mengalami tekanan terutama akibat lemahnya daya beli kelas menengah.

Senior Research Advisor

Syarifah Syaukat membagi segmen kelas ritel di dalam negeri menjadi empat, yakni A, B, C, dan D. Adapun segmen B dan C yang umumnya menyasar kelas menengah, mengalami koreksi paling dalam.

Menurut Syarifah, ritel yang menyasar kelompok menengah umumnya merupakan ritel strata atau ruko dapat dibeli dan menjadi pemilik. Berdasarkan status penggunaan propertinya, kelompok ritel ini tertekan oleh pelemahan daya beli dan tren belaja online. 

“Sektor ritel grade B dan C yang umumnya adalah strata ritel ini mengalami koreksi sekitar minus 3 atau kalau kita bedakan berdasarkan tipe, sektor ritel strata ini mengalami koreksi atau berada di bawah rata-rata tingkat hunian ritel di Jakarta saat ini,” kata Syarifah.

Sementara itu, menurut doa,  performa untuk sektor ritel grade A dan premium grade A relatif masih kuat. Peritel grade A dan premium grade A cenderung terus berinovasi dan beradaptasi dengan kondisi pasar yang berubah.

Di sisi lain, menurut dia, ritel di sektor makanan dan minuman tumbuh cukup pesat dengan variasi segmen yang merata. Pelaku bisnis mkanan dan minuman tidak hanya fokus pada segmen premium, tetapi juga berinovasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen di segmen grade B dan C.

Menurut dia, meskipun volume belanja cenderung menurun, kebutuhan dasar seperti pangan dan sandang tetap menjadi pendorong utama aktivitas ritel. Namun, perubahan pola konsumsi masyarakat membuat pelaku bisnis harus lebih kreatif dalam menawarkan produk dan layanan.

“Jadi kami melihat bahwa kecepatan inovasi dari peritel ini cukup mampu mengimbangi pasar yang ada saat ini,” katanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya melaporkan jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia tercatat 47,85 juta jiwa pada 2024, turun dibandingkan 2019 yang mencapai 57,33 juta jiwa.



 

Reporter: Antara